Rusia Akan Balas Sanksi dari Barat
Krisis rusia ukraina | 26 Februari 2022, 18:56 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV - Seorang pejabat senior Rusia memperingatkan, Moskow mampu membalas sanksi Barat atas serangan Rusia ke Ukraina, di antaranya memilih keluar dari pakta senjata nuklir yang tersisa dan membalas dengan membekukan aset Barat di Rusia, seperti dilaporkan Associated Press, Sabtu (26/2/2022).
Menurut Dmitry Medvedev, Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia yang diketuai oleh Presiden Vladimir Putin, sanksi Amerika Serikat, Uni Eropa dan sekutu lainnya sebagai cerminan dari “impotensi politik” Barat.
Dalam komentar yang diposting di halamannya di media sosial Rusia VKontakte, Medvedev mengatakan sanksi Barat tersebut bisa menjadi dasar bagi Moskow meninjau kembali hubungannya dengan Barat, seraya menunjukkan bahwa Rusia dapat memilih keluar dari perjanjian pengendalian senjata nuklir START Baru yang membatasi senjata nuklir Amerika Serikat dan Rusia.
Medvedev juga mengangkat prospek pemutusan hubungan diplomatik dengan negara-negara Barat, dengan mengatakan, "Tidak ada kebutuhan khusus dalam menjaga hubungan diplomatik," dan menambahkan, "Kita dapat saling memandang dengan teropong dan senjata."
Medvedev menunjuk kemungkinan pembekuan aset Barat di negara itu jika Barat melanjutkan dengan ancaman untuk membekukan aset Rusia.
Baca Juga: Digempur Rusia, Tentara Ukraina Mengaku Bisa Kendalikan Situasi Kiev
Malam sebelumnya, Uni Eropa sepakat membekukan aset Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov beserta sanksi lainnya atas invasi ke Ukraina, demikian menurut Menlu Latvia seperti dilansir Associated Press, Jumat (25/2/2022).
Keputusan untuk membekukan aset Putin dan Lavrov menunjukkan kekuatan Barat bergerak ke arah tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam upaya menghentikan invasi Rusia ke Ukraina dan mencegah terjadinya perang besar di Eropa.
Tetapi belum jelas seberapa parah kedua pria itu akan terluka oleh tindakan pembekuan aset pribadi, atau apakah tindakan tersebut hanya simbolis belaka.
Menteri Luar Negeri Latvia Edgars Rinkevics mengatakan dalam sebuah Tweet pada hari Jumat, bahwa menteri luar negeri Uni Eropa mengadopsi paket sanksi ke-2 dan menambahkan, “Pembekuan aset termasuk Presiden Rusia dan menteri luar negerinya.”
"Kami tidak hanya membekukan aset kaum oligarki, tetapi kami sekarang juga mendaftarkan Presiden Rusia Putin dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock.
"Mereka bertanggung jawab atas fakta bahwa orang yang tidak bersalah mati di Ukraina, mereka bertanggung jawab atas fakta bahwa sistem internasional diinjak-injak dan kami sebagai orang Eropa tidak menerima itu," kata Menlu Jerman.
Baca Juga: Perang Pecah di Ibu Kota Kiev, Pemerintah Ukraina Peringatkan Warga untuk Berlindung
Militer Rusia sendiri menyatakan sepanjang malam meluncurkan rentetan rudal jelajah ke fasilitas militer Ukraina.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayjen Igor Konashenkov mengatakan pada hari Sabtu, pasukan Rusia menyerang berbagai instalasi militer Ukraina dengan rudal jelajah jarak jauh Kalibr.
Dia mengatakan, sejak dimulainya serangan Rusia Kamis, pasukan Rusia telah menyerang 821 fasilitas militer Ukraina, termasuk 14 pangkalan udara dan 19 fasilitas komando, menghancurkan 24 sistem rudal pertahanan udara, 48 radar, tujuh pesawat tempur, tujuh helikopter, sembilan drone, 87 tank dan delapan kapal militer.
Konashenkov tidak mengatakan berapa banyak tentara Ukraina yang tewas dan tidak menyebutkan korban di pihak Rusia.
Klaim Konashenko dan tuduhan Ukraina bahwa pasukannya telah membunuh ribuan tentara Rusia juga tidak dapat diverifikasi secara independen.
Konashenkov mengeklaim pasukan Rusia sudah mengambil kendali penuh atas kota selatan Melitopol, sekitar 35 kilometer pedalaman dari pantai Laut Azov, dan mengatakan separatis yang didukung Rusia meraih kemajuan signifikan di wilayah timur Donbas.
Menteri Kesehatan Ukraina Viktor Lyashko mengatakan 198 orang telah tewas dan lebih dari 1.000 lainnya terluka dalam serangan Rusia.
Lyashko juga mengatakan 1.115 orang lainnya, termasuk 33 anak-anak, terluka dalam invasi Rusia yang dimulai Kamis dengan serangan udara dan rudal besar-besaran dan pasukan yang menyerbu ke Ukraina dari utara, timur dan selatan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press