Kepala UNICEF yang Baru Yakin Taliban Pegang Janji agar Anak Perempuan Kembali Bersekolah
Kompas dunia | 26 Februari 2022, 15:09 WIBKABUL, KOMPAS.TV — Kepala Badan PBB untuk anak-anak UNICEF yang baru, (25/2/2022) mengatakan Taliban menunjukkan komitmen untuk mengizinkan gadis-gadis Afghanistan kembali bersekolah di seluruh negeri pada bulan depan.
Melansir Associated Press, hal ini untuk menjawab tuntutan utama yang ditetapkan oleh komunitas internasional
Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell mengatakan masih harus dilihat apakah komitmen Taliban membuka kembali sekolah untuk anak perempuan dan kaum perempuan pada 21 Maret memiliki sejumlah persyaratan dan kondisi saat diterapkan di lapangan.
"Otoritas de-facto (Taliban) memberi kami indikasi bahwa itu adalah niat mereka, kami berharap itu terwujud, dan kami minta itu harus terjadi," kata Russell, yang ditunjuk awal bulan ini, dalam sebuah pernyataan eksklusif dengan wawancara dengan The Associated Press di ibu kota Kabul.
Meskipun tidak ada larangan resmi, anak perempuan kelas tujuh ke atas secara efektif dilarang pergi ke sekolah di sebagian besar negara itu sejak Taliban mengambil alih Afghanistan enam bulan lalu.
Akses ke pendidikan adalah tuntutan utama masyarakat internasional untuk melakukan kontak dengan Taliban, dan Taliban beralasan tertundanya anak perempuan kembali bersekolah karena kurangnya ruang yang memadai, terutama di kota-kota, untuk mengakomodasi sekolah terpisah antara anak laki-laki dan anak perempuan.
Berbagai sekolah di 10 provinsi Afghanistan terus berlanjut tanpa gangguan sejak pengambilalihan Taliban dan universitas swasta serta sekolah di ibu kota tetap melakukan kegiatan pendidikan.
Baca Juga: Taliban Afghanistan Serukan Rusia dan Ukraina Menahan Diri Agar Tidak Jatuh Korban Warga Sipil
Universitas khusus untuk wanita juga telah dimulai kembali di beberapa provinsi dimana Taliban menjanjikan semua universitas pada akhirnya akan kembali melakukan kegiatan pendidikan dalam beberapa minggu mendatang.
Terlepas dari jaminan bahwa sekolah akan dibuka kembali untuk semua anak perempuan, Russel mengatakan masih sedikit informasi tentang kemungkinan pembatasan atau perubahan kurikulum pendidikan.
" (Masih ada) sedikit pekerjaan yang sedang berlangsung," kata Russell.
Sebagaimana diketahui, Russell bertemu dengan pejabat Taliban minggu ini di Afghanistan dalam kunjungan pertamanya sebagai kepala UNICEF, membahas masalah mulai dari kesehatan anak dan hak untuk pendidikan, kata Russell, khususnya tentang makin parahnya ancaman kekurangan gizi akut dan akses ke pendidikan.
PBB, bersama dengan organisasi-organisasi internasional, menghadapi tantangan yang meningkat untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang berkembang di Afghanistan.
PBB memproyeksikan tahun ini lebih dari 1 juta anak membutuhkan perawatan untuk kekurangan gizi dan hingga 97 persen warga Afghanistan hidup di bawah garis kemiskinan.
Upaya UNICEF mengumpulkan dana senilai 2 miliar dollar AS hanya terkumpul 17 persen.
Baca Juga: Amnesty International: Keputusan AS Ambil Separuh Aset Afghanistan adalah Zalim
Di Rumah Sakit Anak Indira Gandhi Kabul, bangsal dipenuhi ibu-ibu dari seluruh negeri yang mencari perawatan untuk bayi mereka yang kekurangan gizi.
Zermina Mohammed mengatakan dia tidak memiliki 1.000 afghani ($10 dollar AS) yang dibutuhkan untuk membayar pengobatan.
Dia meminta uang kepada kerabatnya di daerah Puli-Charki Kabul. Tapi dia masih membutuhkan lebih banyak, katanya sambil menggendong bayinya yang sakit.
Ketika kemiskinan semakin dalam, miliaran dolar aset asing Afghanistan tetap tidak dapat diakses oleh pemerintah Taliban yang masih belum diakui berbagai negara.
Afghanistan yang dulunya bergantung pada bantuan asing kini tidak mampu membayar pekerja sektor publik, termasuk di sektor kesehatan dan pendidikan.
Donor dan LSM harus turun tangan untuk membayar tagihan upah dan gaji pekerja Afghanistan. Di rumah sakit Indira Gandhi, kerumunan staf rumah sakit terlihat berkumpul untuk mengambil upah yang dibagikan oleh Komite Internasional Palang Merah, menurut direktur rumah sakit Mohammed Iqbal Sadiq.
Baca Juga: Unicef: 10 Juta Anak Afghanistan Sangat Membutuhkan Bantuan Kemanusiaan
Di bidang pendidikan, dana dari Uni Eropa digunakan untuk membayar gaji guru, kata Russell. Tetapi sistem ini sama sekali bukan solusi jangka panjang, kata Russell.
"Pada akhirnya, komunitas internasional harus mencoba dan bekerja sama dengan otoritas de-facto di sini untuk melakukan ini bersama. Ini bukan sesuatu yang dapat selesaikan sendiri oleh organisasi kemanusiaan," kata Russel.
Mencegah lembaga pemberi bantuan mengalami kelelahan membutuhkan hasil, dan akses ke pendidikan untuk anak perempuan dan perempuan merupakan indikator kunci.
“Para pemberi bantuan sangat peduli dengan rakyat Afghanistan,” kata Russell.
“Saya pikir kuncinya adalah menunjukkan kepada mereka bahwa apa yang kami lakukan berhasil, dan itu benar-benar menentukan dalam hal kesediaan mereka untuk terus bermitra dengan kami.”
“Ketika mereka melihat program yang menyekolahkan anak-anak, jika mereka melihatnya (terwujud) pada 22 Maret nanti, saya pikir itu akan membuat perbedaan besar.”
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press