> >

Taliban Afghanistan Serukan Rusia dan Ukraina Menahan Diri Agar Tidak Jatuh Korban Warga Sipil

Krisis rusia ukraina | 25 Februari 2022, 23:52 WIB
Menteri Luar Negeri Taliban Afghanistan, Amir Khan Muttaqi. Emirat Islam Afghanistan pada hari Jumat (25/2/2022), serukan Rusia dan Ukraina menahan diri agar tidak jatuh korban warga sipil dan desak kedua pihak menggunakan cara damai untuk menyelesaikan persoalan. (Sumber: Bloomberg)

KABUL, KOMPAS.TV - Emirat Islam Afghanistan memberi kejutan manis dengan mengeluarkan pernyataan dan desakan yang arif dan bijaksana, menyuarakan kekhawatiran akan kemungkinan jatuhnya korban warga sipil dalam invasi Rusia ke Ukraina.

Kementerian Luar Negeri Afghanistan, melalui cuitan juru bicaranya, Abdul Qahar Balkhi, meminta kedua pihak, Rusia dan Ukraina, untuk menahan diri dan tidak mengambil tindakan yang hanya akan memperburuk kekerasan yang sudah terjadi.

Pemerintahan Taliban di Afghanistan juga menyuarakan posisi kebijakan luar negeri mereka yang netral dan tidak memihak, serta mendesak kedua pihak yang saat ini berperang di Ukraina untuk menyelesaikan krisis melalui dialog dan cara-cara damai. 

Pemerintahan Taliban selain itu juga meminta seluruh pihak yang berkonflik untuk memerhatikan dan menjaga warga Afghanistan yang belajar di Ukraina, maupun kaum migran Afghanistan di sana.

Setelah jatuhnya pemerintah Afghanistan yang didukung Amerika Serikat Agustus tahun lalu, Moskow adalah sumber dukungan yang signifikan bagi pemerintahan baru Taliban, seperti dilaporkan Anadolu, Jumat (25/2/2022).

Sebelum menghadapi pasukan asing pimpinan Amerika Serikat di Afghanistan, Taliban memerangi Uni Soviet yang menyerbu negara itu pada akhir 1970-an.

Baca Juga: Putin Setujui Permintaan Berunding Presiden Ukraina, Siap Kirim Delegasi Tingkat Tinggi ke Belarusia

Emirat Islam Afghanistan serukan Rusia dan Ukraina menahan diri agar tidak jatuh korban warga sipil dan desak kedua pihak menggunakan cara damai untuk menyelesaikan persoalan. (Sumber: Twitter/Abdul Qahar Balkhi)

Pada hari yang sama, Jumat (25/2/2022), Rusia menyatakan siap berunding dengan Ukraina pada tingkat pejabat tinggi. Hal demikian dikatakan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam percakapan telepon dengan Presiden China Xi Jinping, Jumat (25/2/2022), seperti dilaporkan kantor berita RIA Novosti.

Dalam pembicaraan telepon dengan Xi Jinping, pemimpin Rusia memberi tahu mitranya dari China tentang sejarah masalah Ukraina, dan juga mengabarkan situasi dan operasi khusus militer Rusia di Ukraina timur.

Di Moskow, Kremlin mengatakan Rusia siap mengirim delegasi ke Belarus untuk berbicara dengan pejabat Ukraina.

Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov pada hari Jumat, seperti dilaporkan Associated Press, mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin siap mengirim delegasi sebagai tanggapan atas tawaran Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk membahas status nonblok untuk Ukraina.

Itu menunjukkan Zelenskyy akan bersedia bernegosiasi untuk membatalkan niat negaranya untuk bergabung dengan NATO, sejalan dengan tuntutan Rusia.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV/Twitter/Anadolu


TERBARU