> >

Israel Ubah Pesawat Penumpang Jadi Jet Kargo demi Bertahan Selama Pandemi

Kompas dunia | 23 Februari 2022, 15:58 WIB
Sejumlah teknisi mengangkut keluar kursi penumpang pesawat penumpang Boeing 767 untuk mengubahnya menjadi pesawat pengangkut kargo di Lod, dekat Tel Aviv, Israel, Minggu (13/2/2022). (Sumber: AP Photo/Oded Balilty)

Ia menambahkan, sebuah pabrik perakitan baru akan dibangun di Abu Dhabi sebagai bagian dari hasil ‘Kesepakatan Abraham’, kesepakatan antara Israel dan Uni Emirat Arab. Kesepakatan itu sendiri dimediasi oleh Amerika Serikat (AS). Ini, tekan Kuzi, jadi tanda adanya permintaan akan konversi jet jumbo.

Namun, kata para analis, ledakan pertumbuhan pembelian online akan berkurang saat pandemi mereda, inflasi meningkat dan orang-orang mengurangi waktu di depan laptop. Dan ongkos pengiriman barang, diperburuk oleh kusutnya rantai pasokan, akan jadi tantangan bahkan bagi bisnis terbesar sekalipun. Amazon misalnya, sempat menaikkan biaya keanggotaan utamanya pada 18 Februari dari 119 dolar menjadi 139 dolar.

Pada awal pandemi, e-commerce melonjak, didorong oleh pembatasan yang memaksa orang-orang tinggal di dalam rumah. Alih-alih bepergian, orang-orang pun berniaga secara online, mengharap layanan pengantaran kilat hingga ke depan pintu rumah. 

Ini jadi sebagian besar alasan mengapa pesawat kargo tetap bertahan selama pandemi.

Sebelum krisis, 50% kargo udara dunia ada di dalam pesawat penumpang. Namun saat pandemi dimulai, sekitar 80% pesawat penumpang berhenti mengudara. Harga pengiriman barang via laut pun, meroket.

Angkutan udara butuh solusi, dan pesawat-pesawat penumpang yang dikandangkan jadi jawaban.

Baca Juga: Boeing Rugi Rp52 T karena Pengiriman 787 Dreamliner Terlambat

Eytan Buchman, petugas marketing Freightos, platform pemesanan yang berbasis di Yerusalem, mengatakan, salah satu cara paling mudah dan efektif meningkatkan kapasitas adalah dengan mengubah pesawat penumpang jadi pesawat pengangkut kargo.

Sementara, orang-orang dan bisnis diharapkan tetap melakukan belanja online.

“Orang-orang masih terjebak dalam pola pikir, “Saya ingin membeli lebih banyak barang”,” kata Buchman. 

Apalagi untuk saat ini, bahkan saat perjalanan udara kembali melambung, jumlah penumpang yang terbang pun masih tetap jauh di bawah tingkat sebelum pandemi.

Penulis : Vyara Lestari Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU