> >

Karya Sastra Pertama di Myanmar Pasca Kudeta Tunjukkan Altruisme dan Keberanian

Kompas dunia | 15 Februari 2022, 22:41 WIB
Buku antologi penulis Myanmar yang diterbitkan di Inggris Raya, kebanyakan tulisan dibuat selama aksi militer pasca-kudeta Februari 2021. (Sumber: Balestier Press via The Guardian)

Picking Off New Shoots Will Not Stop the Spring sebagian besar berisikan tulisan yang dibuat selama aksi militer setelah kudeta Februari 2021. Ada pula tulisan yang dibuat pada kurun 1988-2020.

Menurut Ko Thett, banyak penyair Myanmar yang “dipersekusi, dieksekusi, atau dibunuh karena memberontak” oleh junta militer.

Salah duanya adalah Myint Myint Zin dan K Za win yang dibunuh pada Maret 2021. 

“Banyak penyair dipenjara karena mengikuti protes (menentang kudeta). Kami merasa terhormat bisa memasukkan sejumlah puisi dari para penyair ini, termasuk beberapa puisi yang paling dicintai dari Khet Thi yang dibunuh oleh junta pada 8 Mei,” tulis tim editor.

Tim editor menyebut, kumpulan tulisan itu perlu diterbitkan dalam format yang lebih tahan lama. Alasannya, kumpulan tulisan itu disebut “mendemonstrasikan kekuatan dan kemungkinan tulisan saat menghadapi laras senjata.”

“Ini juga mengungkap bahwa para penulis Burma signifikan dan ulung secara estetis,” tulis tim editor.

Sejak militer mengkudeta pemerintah Myanmar dan membungkam protes dengan represif, hampir 1.600 warga sipil telah dibunuh oleh junta.

Baca Juga: Setahun Kudeta, ASEAN Minta Langkah Konkret Myanmar Stop Kekerasan dan Terapkan Lima Poin Konsensus


 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU