Junta Militer Myanmar Bebaskan 800 Tahanan pada Hari Persatuan Nasional
Kompas dunia | 12 Februari 2022, 23:27 WIBYANGON, KOMPAS.TV - Junta Militer Myanmar pada Sabtu (12/2/2022) mengatakan, pihaknya akan membebaskan lebih dari 800 tahanan sebagai amnesti untuk memperingati Hari Persatuan atau Union Day negara itu.
Seperti dilaporkan Straits Times, junta militer memberi "pengampunan untuk memperingati Hari Persatuan Jubilee Berlian", yang jatuh setiap 12 Februari. Karena itu, sebanyak 814 tahanan akan dibebaskan, kata pernyataan kepala junta Min Aung Hlaing.
Mereka yang diberi amnesti sebagian besar berasal dari penjara di pusat komersial Yangon, kata juru bicara junta Zaw Min Tun seperti dilaporkan Straits Times.
Namun, dia tidak mengatakan apakah akademisi Australia yang ditahan Sean Turnell akan termasuk di antara mereka yang dibebaskan.
Dr Turnell, seorang profesor ekonomi Australia, bekerja sebagai penasihat pemimpin sipil Aung San Suu Kyi ketika dia ditangkap Februari lalu, hanya beberapa hari setelah kudeta militer.
Dia didakwa melanggar undang-undang rahasia resmi Myanmar dan menghadapi hukuman maksimal 14 tahun penjara jika terbukti bersalah.
Junta membebaskan sekitar 23.000 tahanan pada Hari Persatuan tahun lalu, dengan beberapa kelompok hak asasi pada saat itu khawatir langkah itu untuk mengosongkan penjara sehingga menambah ruang bagi penentang militer dan narapidana yang dibebaskan dapat menyebabkan kekacauan di masyarakat.
Angka serupa juga dirilis pada Hari Serikat tahun lalu.
Pada Sabtu, junta militer merayakan Union Day atau Hari Persatuan dengan unjuk kekuatan di ibu kota yang dibangun militer Naypyidaw, yang dikenal dengan jalan raya yang luas dan sering kali kosong.
Ratusan tentara berpawai bersama PNS mengibarkan bendera negara secara serempak dan rombongan menampilkan tarian koreografi.
Helikopter yang membawa bendera negara kuning, hijau, dan merah terbang di atas, diikuti oleh jet membuntuti yang mengeluarkan asap dengan warna yang sama.
Baca Juga: Junta Militer Myanmar Mengamuk ke PBB, Kesal Karena Merasa Didikte
Analis independen Myanmar, David Mathieson, menyebut pawai tersebut sebagai "seni pertunjukan".
“Pesan untuk Hari Persatuan sangat bertentangan dengan kenyataan Myanmar,” katanya, seraya menambahkan junta tidak tulus tentang perdamaian.
“Sangat tidak masuk akal pada peringatan 75 tahun Hari Persatuan, negara ini lebih terpecah daripada titik mana pun dalam sejarahnya.”
Kudeta pada 1 Februari 2021, memicu protes massal dan tindakan keras berdarah oleh militer, dengan lebih dari 1.500 warga sipil tewas dan hampir 12.000 ditangkap, menurut kelompok pemantau lokal.
Dalam pidatonya di depan pasukan, Jenderal Min Aung Hlaing mengulangi klaim militer atas penipuan besar-besaran dalam pemilu 2020 yang dimenangkan oleh partai Suu Kyi.
Dia juga mengundang banyak sekali organisasi etnis bersenjata yang telah memerangi militer Myanmar – dan satu sama lain – selama beberapa dekade untuk duduk dan melakukan perundingan damai.
Dalam sebuah pengumuman yang disiarkan oleh media pemerintah, Min Aung Hlaing juga mengatakan, junta akan menghentikan proses pidana yang sedang berlangsung terhadap anggota Tentara Arakan negara bagian Rakhine, yang selama bertahun-tahun berperang untuk otonomi bagi penduduk etnis Rakhine.
Berjuang untuk menahan serangan balik dan bentrokan sehari-hari, banyak wilayah Myanmar kini berada di bawah kendali kelompok-kelompok anti-kudeta.
Sebuah kelompok anti-junta mengatakan kepada media lokal mereka berada di balik ledakan di Naypyidaw beberapa jam sebelum perayaan Hari Persatuan akan dimulai, namun belum ada konfirmasi atas laporan tersebut.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV/Straits Times