Iran Hari ini Rayakan 43 Tahun Revolusi Tumbangkan Syah Reza Pahlavi
Kompas dunia | 11 Februari 2022, 19:13 WIBPada perayaan tahun ini, pawai kendaraan dibatasi untuk kedua kalinya karena pandemi Covid-19. Pihak berwenang mengatakan, Omicron sudah menjadi varian dominan di Iran. Rumah sakit pun mulai bersiap menghadapi gelombang infeksi baru.
Dengan lebih dari 130.000 total kematian menurut angka resmi, Iran memiliki angka kematian nasional tertinggi di Timur Tengah.
Iran dikatakan telah memvaksinasi sekitar 80 persen dari populasinya yang berusia di atas 18 tahun dengan dua suntikan. Kendati begitu, hanya 27% dari kelompok itu yang sudah mendapat suntikan ketiga.
Baca Juga: Iran Pamer Rudal Baru, Diklaim Bisa Jangkau Pangkalan Militer AS dan Israel
Revolusi Islam Iran dimulai dengan kerusuhan yang meluas atas pemerintahan Syah Mohammad Reza Pahlavi. Syah, yang diam-diam mengidap penyakit kanker yang mematikan, melarikan diri dari Iran pada Januari 1979.
Ayatollah Ruhollah Khomeini kemudian kembali dari pengasingan dan pemerintah jatuh pada 11 Februari 1979, setelah unjuk rasa massa dan konfrontasi antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan berlangsung selama berhari-hari.
Pada April 1979, rakyat Iran memilih untuk menjadi Republik Islam, sebuah teokrasi Syiah dengan Khomeini sebagai pemimpin tertinggi pertama negara itu. Ia berperan sebagai pemberi keputusan akhir tentang semua masalah negara.
Ketika AS kemudian mengizinkan Syah masuk ke Amerika Serikat untuk pengobatan kanker di New York, kemarahan memuncak di Teheran yang mengarah pada pengambilalihan Kedutaan Besar AS pada November 1979 oleh mahasiswa militan. Krisis penyanderaan berikutnya mengobarkan permusuhan Iran dan AS selama beberapa dekade.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Associated Press