Pameran Revolusi Kemerdekaan dari Kacamata Indonesia, Digelar Museum Nasional Belanda Rijksmuseum
Kompas dunia | 9 Februari 2022, 21:53 WIB“Jika kita menggunakan istilah ‘bersiap’ secara umum untuk merujuk pada kekerasan terhadap Belanda selama revolusi, itu berkonotasi sangat rasis,” tulisnya di surat kabar Belanda NRC Handelsblad.
Kata “bersiap”, sering digunakan di Belanda untuk merujuk pada kekerasan yang dilakukan oleh orang Indonesia pada masa-masa awal perjuangan kemerdekaan segera setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Baca Juga: Festival Pameran Dagang Unta di India Utara Kembali Digelar setelah Tutup akibat Pandemi Covid-19
Atas kejadian inI, Bonnie dilaporkan ke polisi Belanda oleh Federasi Hindia Belanda (FIN). Bahkan, pernyataan soal "periode bersiap" ini sempat ramai dibahas hingga parleman Belanda.
Kepada AP Bonnie menjelaskan , "Yang ingin saya lakukan adalah (memberi) penjelasan kontekstual ke dalamnya. Agar orang mengerti apa arti istilah ini, setidaknya dari sudut pandang saya, sebagai Sejarawan Indonesia.”
Dibbits memahami kontroversi tentang istilah yang digunakan untuk menggambarkan satu bagian dari penderitaan yang ditimbulkan oleh konflik.
"Sangat dapat dimengerti ada diskusi ini dan saya pikir sangat penting ada diskusi tentang penggunaan kata-kata atau penggunaan istilah, karena bagi banyak orang yang sangat menderita, anak-anak mereka, cucu-cucu mereka," ujarnya, "sejarah hari inilah yang masih sangat penting.”
Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, mendeklarasikan berakhirnya pendudukan Jepang pada Perang Dunia II serta 350 tahun pemerintahan kolonial Belanda.
Baca Juga: Rekor Tertinggi! Lukisan Banksy Terjual 333 Miliar Rupiah, Hasilnya Disumbangkan Untuk NHS Inggris
Tetapi Belanda berjuang keras untuk mempertahankan kendali selama empat tahun sebelum mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949.
Para pemimpin Belanda menyampaikan laporan luas tentang kekerasan yang berlebihan oleh pasukan Belanda selama perang kemerdekaan.
Selama kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada tahun 2020, Raja Willem-Alexander meminta maaf atas “kekerasan berlebihan dari pihak Belanda” selama perjuangan kemerdekaan.
Sebuah proyek penelitian besar tentang kekerasan akan mempresentasikan temuannya akhir bulan ini.
Remco Raben, seorang profesor sejarah di Universitas Amsterdam, mengatakan pameran ini merupakan terobosan dari sisi pendekatan sebuah pameran.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Associated Press