> >

WHO Prihatin 500.000 Orang Meninggal Akibat Covid-19 Sejak Varian Omicron Muncul

Kompas dunia | 9 Februari 2022, 08:29 WIB
Foto ilustrasi. WHO mencatat 130 juta kasus dan 500.000 kematian secara global sejak Omicron dinyatakan sebagai varian yang dikhawatirkan pada akhir November, mengambil nyawa hingga 5,75 orang di seluruh dunia (Sumber: Straits Times )

JENEWA, KOMPAS.TV - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada Selasa (9/2/2022) menyesalkan jatuhnya setengah juta kematian akibat Covid-19 sejak varian Omicron ditemukan.

Bahkan WHO menyebut jumlah korban akibat Covid-19 "sangat tragis".

Seperti dilansir Straits Times, Rabu (9/2), Manajer insiden WHO Abdi Mahamud mengatakan, WHO mencatat 130 juta kasus dan 500.000 kematian secara global sejak Omicron dinyatakan sebagai varian yang dikhawatirkan pada akhir November.

Sejak itu Omicron dengan cepat mengambil alih Delta sebagai varian Covid yang dominan di dunia karena lebih mudah menular, meskipun tampaknya menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah.

"Di zaman vaksin yang hasilnya efektif, setengah juta orang meninggal, itu benar-benar sesuatu," kata Mahamud dalam interaksi langsung di saluran media sosial WHO.

"Sementara semua orang mengatakan Omicron lebih ringan, (mereka) melewatkan titik bahwa setengah juta orang telah meninggal sejak (Omicron) ini terdeteksi.

"Ini lebih dari tragis." ujar Mahamud.

Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk Covid-19, mengatakan banyaknya kasus Omicron "mengejutkan", sementara jumlah kasus dan kematian sebenarnya akan jauh lebih tinggi daripada yang diketahui.

“Itu membuat puncak-puncak penularan sebelumnya terlihat hampir datar,” katanya.

"Kita masih berada di tengah pandemi ini. Semoga kita semakin mendekati akhir," katanya. "Banyak negara belum melewati puncak Omicron mereka."

Van Kerkhove mengatakan dia sangat prihatin jumlah kematian meningkat selama beberapa minggu berturut-turut.

"Virus ini terus membahayakan," katanya.

WHO melacak empat sub-garis keturunan Omicron. Sementara sub-strain BA.1 dominan, BA.2 lebih mudah menular dan diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya kasus Omicron.

Baca Juga: Akhir Pandemi Covid-19 Terlihat di Ufuk Eropa, Kata WHO

Tempat tidur kosong yang ditinggal mati pasien Covid-19 di Rumah Sakit Hartford di Connecticut pada 18 Januari 2022. Penghitungan terbaru menandai peningkatan lebih dari 100.000 kematian akibat Covid-19 Amerika Serikat sejak 12 Desember, bertepatan dengan lonjakan infeksi dan rawat inap yang didorong varian Omicron (Sumber: Straits Times)

Van Kerkhove mengatakan sejauh ini tidak ada indikasi yang menunjukkan varian BA.2 mengakibatkan penyakit Covid-19 yang lebih parah daripada BA.1, tetapi menekankan kesimpulan tersebut masih "hari-hari awal" dalam pengumpulan bukti.

Mahamud menambahkan belum diketahui apakah seseorang dapat terinfeksi BA.1 dan BA.2 secara bersamaan.

Covid-19 telah menewaskan hampir 5,75 juta orang sejak muncul di China pada Desember 2019. Dalam pembaruan epidemiologis Covid-19 mingguan yang dikeluarkan Selasa malam, WHO mengatakan hampir 68.000 kematian baru dilaporkan minggu lalu, naik tujuh persen dibandingkan minggu sebelumnya.

Sementara itu, jumlah kasus baru Covid-19 turun 17 persen menjadi hampir 19,3 juta.

Wilayah Eropa WHO menyumbang 58 persen dari kasus baru yang dikonfirmasi minggu lalu, dan 35 persen dari kematian baru. Amerika menyumbang 23 persen kasus baru dan 44 persen kematian baru.

Pandemi saat ini "ditandai dengan penyebaran global yang cepat dari varian Omicron," kata laporan tersebut, dimana varian tersebut sekarang terdeteksi "di hampir semua negara".

Baca Juga: Kasus Omicron Meningkat Dalam 10 Minggu Terakhir, WHO Prihatin Banyak Negara yang Longgarkan Aturan

Ilustrasi subvarian virus corona Omicron BA. 2. Subvarian ini tampaknya tidak lebih parah dari subvarian orisinalnya, BA.1, kata seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (01/02). (Sumber: BBC News Graphics)

WHO mengatakan Omicron menyumbang 96,7 persen dari sampel yang dikumpulkan dalam 30 hari terakhir yang telah diurutkan dan diunggah ke inisiatif sains global GISAID. Delta sekarang hanya menghasilkan 3,3 persen dari sampel.

Laporan itu mengatakan data yang tersedia masih terbatas untuk mengukur kemanjuran vaksin terhadap varian Omicron.

“Namun, data yang tersedia menunjukkan penurunan perlindungan vaksin utama Covid-19 terhadap varian Omicron untuk semua hasil (penyakit parah, penyakit simtomatik, dan infeksi) daripada yang telah diamati sebelumnya untuk varian lain yang menjadi perhatian,” katanya.

Tetapi laporan itu menambahkan suntikan booster "secara substansial" meningkatkan kemanjuran.

Covid-19 telah menewaskan lebih dari 5,7 juta orang sejak muncul di China pada Desember 2019, menurut laporan itu, sementara lebih dari 392 juta kasus telah dicatat, dan hampir 10,25 miliar dosis vaksin Covid-19 telah diberikan secara global.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Straits Times

Tag

TERBARU