Panas! Rusia dan Amerika Serikat Bertengkar Sengit Terkait Ukraina di Sidang Dewan Keamanan PBB
Kompas dunia | 1 Februari 2022, 07:15 WIBNebenzia membalas, “Semua yang ingin kami katakan ada dalam pernyataan kami hari ini. Namun, kami benar-benar tidak mengerti ancaman dan provokasi dan eskalasi apa (yang diperbuat Rusia) dan saat ini diangkat-angkat.”
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan dalam sebuah pernyataan, pertemuan itu adalah "langkah penting dalam menggalang dunia untuk berbicara dalam satu suara," menolak penggunaan kekuatan, mencari upaya de-eskalasi militer, mendukung diplomasi dan menuntut pertanggungjawaban dari setiap anggota "untuk menahan diri dari agresi militer terhadap tetangganya.”
Menlu Rusia Sergey Lavrov dan Menlu Amerika Serikat Antony Blinken tidak membuat kemajuan dalam meredakan ketegangan pada pertemuan mereka di Jenewa awal bulan ini.
Baca Juga: Rusia Disebut Kian Dekat Serang Ukraina, Telah Tempatkan Pasokan Darah di Perbatasan Ukraina
Mereka diperkirakan akan berbicara melalui telepon hari Selasa, menurut Kemenlu Rusia. Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengkonfirmasi pernyataan Rusia tersebut.
Biden memperingatkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam panggilan telepon Kamis bahwa ada "kemungkinan spesifik" bahwa Rusia dapat memulai serangan pada Februari, tetapi pemimpin Ukraina berusaha untuk mengecilkan kekhawatiran akan terjadinya perang, seraya mengatakan alarm Barat atas invasi yang akan segera terjadi justru mendorong banyak investor di pasar keuangan negara untuk melakukan aksi ambil untung.
Zelenskyy hari Jumat mengatakan,“kami tidak melihat eskalasi yang lebih besar dari sebelumnya,” dan menuduh penumpukan pasukan Rusia lebih merupakan upaya Moskow untuk memberikan “tekanan psikologis” dan menabur kepanikan.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan mengunjungi Ukraina pada hari Selasa untuk berbicara dengan Zelenskyy, dan juga akan berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mendesaknya agar "mundur," kata kantor Johnson.
Johnson mengatakan dia sedang mempertimbangkan untuk mengirim ratusan tentara Inggris ke negara-negara NATO di kawasan Baltik sebagai unjuk kekuatan.
Berbicara pada hari Minggu di ABC “This Week,” Thomas-Greenfield mengatakan tentang Rusia, “Kami akan masuk ke ruangan dan siap untuk mendengarkan mereka, tetapi perhatian kami tidak akan bergeser oleh propaganda mereka.”
Dia mengatakan pekan lalu, anggota DK PBB “harus memeriksa fakta dan mempertimbangkan apa yang dipertaruhkan untuk Ukraina, untuk Rusia, untuk Eropa, dan untuk kewajiban inti dan prinsip-prinsip tatanan internasional jika Rusia menginvasi Ukraina lebih lanjut.”
Baca Juga: Bukan Pasukan, Inggris akan Kirim Senjata dan Berikan Sanksi Berat Jika Rusia Serang Ukraina
Pada hari Jumat, duta besar China Zhang mengatakan kedua belah pihak telah menunjukkan kesediaan untuk melanjutkan negosiasi dan harus diizinkan untuk melanjutkan.
Pada hari Minggu, ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Senator Bob Menendez, mengatakan jika terjadi serangan, anggota parlemen ingin Rusia menghadapi “ibu dari semua sanksi.”
Itu termasuk tindakan terhadap bank-bank Rusia yang dapat sangat merusak ekonomi Rusia, dan meningkatkan bantuan berupa senjata mematikan untuk militer Ukraina.
Sanksi yang sedang dipertimbangkan tampaknya akan jauh lebih kuat daripada yang dijatuhkan setelah Rusia mencaplok Krimea dari Ukraina pada 2014. Hukuman itu dianggap tidak efektif.
Menendez juga mengangkat kemungkinan menjatuhkan hukuman terlebih dahulu, sebelum invasi apa pun.
Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan hari Senin, pemerintah Amerika Serikat didorong oleh upaya bipartisan di Kongres "untuk meminta pertanggungjawaban Rusia."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Associated Press