> >

Parlemen Yunani Ribut Gara-Gara Masker Buatan Turki

Kompas dunia | 1 Februari 2022, 03:05 WIB
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus melepas maskernya dalam sebuah jumpa pers di markas WHO di Jenewa, Swiss, pada 20 Desember 2021. Media Yunani, Sabtu (29/1/2022), melaporkan, para anggota parlemen Yunani ribut gara-gara masker buatan Turki yang dibagi-bagikan di lembaga legislatif itu. (Sumber: Salvatore Di Nolfi/Keystone via AP, File)

ISTANBUL, KOMPAS.TV - Para anggota parlemen Yunani ribut gara-gara masker buatan Turki yang dibagi-bagikan di lembaga legislatif itu.

Liana Kanelli, seorang deputi dari Partai Komunis Yunani (KKE), yang pertama kali mengangkat isu tentang masker dengan perlindungan tinggi jenis FFP2 buatan Turki.

"Masker-masker yang Anda bagi-bagikan kepada kami di parlemen berasal dari Turki. Di sini berbunyi 'Made in Turkiye'. Tidak jelek. Tapi walaupun migran-migran dari Turki tidak bisa masuk, kepentingan-kepentingan perdagangan ternyata bisa," ujarnya seperti dilansir Daily Sabah.

Media-media Yunani melaporkan insiden tersebut pada Sabtu (29/1/2022) lalu.

Ketua Parlemen Yunani Konstantinos Tasoulas membenarkan kalau masker-masker itu buatan Turki.

"Kami membuka tender publik untuk penyediaan masker dengan perlindungan tinggi dan akhirnya, sebuah perusahaan Jerman yang mengajukan penawaran terbaik, memenanginya," tutur Tasoulas.

"Tetapi, kami tidak tahu kalau perusahaan Jerman itu punya pabrik di Turki yang memproduksi masker."

Tasoulas menambahkan, jika tahu masker-masker itu buatan Turki, ia tidak akan membelinya.

Baca Juga: Inflasi Turki Terus Meroket, Presiden Erdogan Copot Kepala Badan Statistik

Baca Juga: Erdogan Dianggap Dihina lewat Pepatah, Jurnalis Terkenal Turki Ditahan

Hubungan Yunani dan tetangganya, Turki, memang sudah tidak harmonis dari dulu karena beberapa masalah.

Menurut Daily Sabah, Turki yang memiliki garis pantai benua terpanjang di kawasan Mediterania Timur, menolak klaim batas maritim Yunani dan pemerintah Siprus Yunani.

Turki menilai klaim-klaim itu melanggar hak-hak kedaulatan Turki dan Siprus Utara Republik Turki.

Yunani, dalam beberapa kesempatan, menolak berunding dengan Turki.

Yunani justru mendorong Uni Eropa untuk bertindak tegas terhadap Ankara.

Januari 2022 lalu, kedua negara akhirnya kembali melanjutkan perundingan diplomatik tingkat tinggi untuk pertama kalinya setelah hampir lima tahun.

Tujuannya untuk meredakan ketegangan terkait perselisihan batas wilayah di Laut Aegean dan kawasan Mediterania Timur.

Hubungan kedua negara bertetangga itu tetap saja belum stabil, apalagi setelah Yunani meluncurkan program modernisasi militer bernilai miliaran dolar.

Pada Oktober 2021 lalu, parlemen Yunani meratifikasi kesepakatan pertahanan dengan Prancis untuk pembelian tiga kapal fregat buatan Prancis, Belharra.

Kesepakatan tersebut tentu saja dikritik Turki.

Sebelumnya pada September 2021, Yunani juga mengumumkan rencananya membeli lagi enam pesawat temput Rafale, seiring peningkatan ketegangan dengan Turki terkait Mediterania Timur.

Baca Juga: Turki Ingin Jembatani Perdamaian Rusia dan Ukraina, Putin Terima Undangan Erdogan

Baca Juga: Situasi Ukraina Memanas, Erdogan Undang Putin dan Zelensky Mediasi ke Turki

 

Penulis : Edy A. Putra Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Daily Sabah


TERBARU