Rusia Kerahkan Puluhan Kapal Perang ke Laut Hitam Kepung Ukraina, Peneliti: Putin Sedang Main Catur
Kompas dunia | 28 Januari 2022, 01:02 WIBMOSKOW, KOMPAS.TV – Rusia mengerahkan lebih dari 20 kapal perang ke Laut Hitam pada Rabu (26/1/2022). Pengerahan armada kapal perang ke perairan yang berbatasan dengan Ukraina ini jelas menambah ketegangan di kawasan itu. Namun, Moskow menyebut pengerahan ini sebagai latihan rutin.
Militer Rusia di Laut Hitam melaporkan, armada penyerang perairan yang terdiri dari kapal patroli, frigat, kapal rudal, kapal pendarat, penyapu ranjang dan kapal antikapal selam itu akan melakukan latihan sesuai yang direncanakan.
Mengutip Tass, para kru armada kapal perang itu akan melakukan berbagai manuver yang aman di area itu, serta mengatur komunikasi dan pertahanan udara di laut.
“Kita tidak bisa melihat peristiwa ini sendiri-sendiri. Saat dikombinasikan dengan peristiwa-peristiwa lainnya, ini jelas cukup mengkhawatirkan,” ujar Colin Clarke, peneliti senior di perusahaan intelijen swasta The Soufan Center menyoal konflik Rusia-Ukraina, seperti dikutip dari USNews, Rabu (26/1/2022).
Baca Juga: Siap Perang Lawan Rusia, Ibu di Ukraina Persenjatai Diri dengan Senapan Sniper Besar
Kementerian Luar Negeri Ukraina dan Armada AL ke-6 Amerika Serikat, yang bertanggung jawab atas operasi di kawasan itu, belum berkomentar.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin kerap menggunakan dalih ‘latihan militer’ untuk menutupi fakta pengerahan pasukan. Praktik ini terbilang sering dilakukan selama berbulan-bulan saat tensi ketegangan Rusia dengan Ukraina meningkat.
Beberapa personel tentara Rusia yang pertama kali masuk Belarus, misalnya, adalah pasukan penerjun payung yang kehadirannya diketahui saat Kremlin mengakui ada dua personel militer yang tewas dalam kecelakaan latihan militer di sana.
Rusia juga mengirimkan sejumlah penasihat ke Belarus untuk melihat bagaimana reaksi negara-negara NATO terhadap langkah Kremlin.
Putin tampaknya bersiap untuk perang, namun tetap tetap mempertahankan penyangkalan yang masuk akal dengan berdalih bahwa pengerahan pasukan itu hanyalah latihan militer rutin biasa.
“Pada titik ini, Moskow berinisiatif memosisikan pasukannya dengan sengaja, menunggu untuk melihat bagaimana NATO bereaksi. Klisenya, ini jelas pertandingan catur, dan Putin tampaknya puas melakukan gerakannya dengan sangat lambat dan penuh perhitungan,” urai Clarke.
Baca Juga: Pengakuan Warga Ukraina: Kami Tak Akan Panik hingga Tank Rusia Tiba di Kiev
“Sementara ini terjadi, dia memantau perpecahan publik antara anggota aliansi NATO, yang kemungkinan akan memengaruhi hitung-hitungan pengambilan keputusannya,” imbuhnya.
Sementara itu, analis lain memperingatkan bahwa militer Rusia akan mengalihkan perhatiannya ke laut.
“Pengerahan pasukan Rusia kini hampir lengkap dengan (pengerahan) enam kapal penyerang amfibi yang kemungkinan mengarah ke Laut Hitam dari pangkalan AL mereka,” tutur Bill Schneider, peneliti senior di Institut Hudson pekan ini.
Perkembangan pengerahan armada AL itu khususnya mencemaskan, mengingat sejarah Rusia yang pernah menggunakan taktik serupa untuk menekan Ukraina dan pelabuhan utamanya di Mariupol, yang hanya dapat mengakses dunia luar melalui Selat Kerch dan Laut Hitam.
Baca Juga: Rusia dan Ukraina Diyakini Bakal Berdamai, Apa Sebabnya?
Dua kali pada 2017, Rusia menutup akses Selat Kerch, yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Azov. Kapal-kapal Rusia juga lalu memblokir pelabuhan-pelabuhan di Berdyansk dan Mariupol, Ukraina. Gangguan ekonomi yang diakibatkan, menurut analis perusahaan intelijen swasta Stratfor, merugikan Ukraina hingga USD40 juta setiap tahun.
Tahun berikutnya, perselisihan menyoal jalur pelayaran di wilayah itu mengancam meningkatkan ketegangan. Para penjaga perbatasan Rusia menahan kapal-kapal penangkap ikan Ukraina di Laut Azov, yang dibalas Ukraina. Putin pun mengecam Kiev dan menyebut langkah itu ilegal, serta mengancam akan membalas.
Menteri pertahanan Ukraina ketika itu menyebut langkah Rusia ‘upaya sengaja meningkatkan taruhan’.
Sejak itu, Rusia menuduh Ukraina telah melakukan sejumlah provokasi serupa, termasuk saat kapal perang kedua negara sempat bertemu dan bersitegang pada Desember lalu.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Tass/USNews