> >

Alasan Jerman Tolak Persenjatai Ukraina: Terkait Sejarah Perang Dunia dan Kontrak Gas dengan Rusia

Kompas dunia | 25 Januari 2022, 22:08 WIB
Tiga tentara Ukraina berjalan Katerinivka, Donetsk, dekat perbatasan dengan wilayah separatis pro-Rusia, 7 Desember 2021. Di tengah eskalasi Rusia-Ukraina, Jerman enggan mengikuti langkah negara NATO lain yang mengirim persenjataan. (Sumber: Andriy Dubchak/Associated Press)

Meskipun kebijakan Jerman tak membolehkan ekspor senjata ke daerah konflik, Berlin pernah beberapa kali melanggarnya.

“Selalu ada kasus pengecualian di sini, seperti di perang Kosovo atau bantuan untuk Kurdi menghadapi ISIS di Suriah,” kata Sabine.

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menggarisbawahi aspek sejarah tersebut ketika mengunjungi Moskow pekan lalu.

Baerbock mengakui bahwa Jerman telah menyebabkan “penderitaan dan kehancuran kepada rakyat Uni Soviet.” Namun, ia menegaskan Jerman akan bertindak jika Rusia menyerang Ukraina.

Lebih lanjut, politikus Partai Hijau itu menyinggung konsentrasi 100.00 pasukan Rusia di perbatasan, menyebutnya “sulit untuk tidak dipandang sebagai ancaman.”

Di lain sisi, kerja sama ekonomi Jerman-Rusia diduga menjadi salah satu faktor lembeknya sikap Berlin. 

Baca Juga: Jerman Tolak Proposal Energi Atom Uni Eropa, Anggap Nuklir Berbahaya

Jerman berencana menutup semua pembangkit listrik tenaga nuklir dan beralih ke gas alam untuk meniadakan konsumsi batu bara per 2030.

Jerman hendak menggunakan jalur pipa Nord Stream 2 yang baru selesai dibangun untuk menyalurkan gas alam dari Rusia.

Pada masa transisi ke energi baru-terbarukan, Rusia adalah salah satu pemasok utama kebutuhan energi Jerman.

Gambar peta jalur pipa gas alam Nord Stream 2 dari Rusia ke Jerman di Lubwin, Jerman. Foto diambil pada 16 November 2021. Pengamat menyebut sikap Berlin yang lebih lunak dibanding anggota NATO lain terhadap Rusia terkait dengan kontrak gas alam. (Sumber: Stefan Sauer/DPA via Associated Press)

Pemerintahan Jerman cenderung pasifis, diterpa kritik luar-dalam

Sikap Jerman yang menolak kirim senjata ke Ukraina tidak hanya dikritik sekutunya. Berbagai kalangan di dalam negeri pun mengecam kebijakan rezim Scholz.

“Berapa banyak (pemimpin) di Berlin yang benar-benar sadar bahwa kebijakan membingungkan kita tentang Ukraina tak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga seluruh Uni Eropa?” kritik Wolfgang Ischinger, mantan duta besar Jerman untuk AS sekaligus ketua Konferensi Keamanan Muenchen.

Baca Juga: Ketegangan Rusia-Ukraina Semakin Tinggi, AS Siagakan 8.500 Tentara

Para pengamat menyebut, prinsip pemerintahan Olaf Scholz kini membuat Jerman sulit bertindak tegas tentang Ukraina.

Scholz, bersama Partai Sosial Demokrat-nya, mengikuti jejak pemerintahan Jerman semasa Perang Dingin yang cenderung netral.

Partai Hijau, salah satu koalisi pemerintah, juga memegang teguh tradisi pasifisme.

Walaupun terus-terusan dikecam sekutu dan kalangan sendiri, Berlin tetap bersikeras pada sikapnya yang cenderung pasif.

“Berlin harus menghadapi kritik yang kini datang dari Ukraina, negara Eropa lain, serta Washington,” kata Sabine Fischer.

“Pada saat bersamaan, Jerman masihlah pemain penting dalam negosiasi seputar konflik Rusia-Ukraina dan, prediksiku, akan terus mendukung sanksi dan kebijakan lain di kemudian hari,” pungkasnya.

Baca Juga: Dituding Inggris Ingin Dongkel Pemerintahan Ukraina, Rusia: Berhenti Sebarkan Omong Kosong!

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU