Alasan Jerman Tolak Persenjatai Ukraina: Terkait Sejarah Perang Dunia dan Kontrak Gas dengan Rusia
Kompas dunia | 25 Januari 2022, 22:08 WIBBERLIN, KOMPAS.TV - Negara-negara anggota NATO mulai mengirimkan persenjataan dan menyiapkan pasukan seiring eskalasi di perbatasan Ukraina.
Negara seperti Inggris Raya dan Amerika Serikat mengirimkan persenjataan ke Ukraina untuk mempertahankan diri dari Rusia.
Pada saat NATO kompak menyiapkan pasukan dan kirim senjata, sikap berbeda ditunjukkan Jerman. Berlin sama sekali menolak mengirimkan bantuan senjata macam apa pun ke Kyiv.
Sikap Jerman semakin dipertanyakan usai mereka diisukan menghalau pengiriman pasokan senjata Estonia ke Ukraina.
Pemerintahan Olaf Scholz dilaporkan menghalangi pengiriman meriam howitzer tua milik Jerman di negara itu.
Gelagat Berlin di tengah gencarnya latihan perang Rusia pun menggusarkan sekutu dan mengecewakan Ukraina.
"Sikap Jerman tak sesuai dengan level hubungan kami dan situasi keamanan terkini," kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba.
Baca Juga: Sebut Ukraina Tak akan Rebut Krimea dan Minta Barat Hormati Putin, Komandan AL Jerman Mundur
Kanselir Scholz menegaskan pihaknya tegas satu sikap dengan anggota NATO yang lain dalam menghadapi ancaman Rusia.
“Apabila situasi itu terjadi (invasi Rusia), kami akan bertindak. Akan ada harga mahal yang harus ditebus (Rusia),” kata Scholz, Senin (24/1/2022).
Akan tetapi, Scholz bersikeras mempertahankan sikapnya tentang senjata. Suksesor Angela Merkel itu mengaku akan terus membantu Ukraina, tetapi pengecualiannya satu: “Kami tidak akan menyediakan senjata mematikan apa pun.”
Lantas, mengapa Berlin keras kepala mengambil sikap yang bertentangan dengan sekutunya?
Pengamat geopolitik menyebut sikap Jerman tak bisa dipisahkan dari sejarah Perang Dunia dan kontrak energi mereka dengan Rusia.
Sejarah perang memalukan dan kontrak gas alam
Menurut Rachel Ellehuus, wakil direktur program riset Eropa, Rusia, dan Eurasia di lembaga wadah-pemikir Center for Strategic and International Studies (CSIS), sikap Jerman kini sebagian berakar dari riwayat agresi mereka sepanjang abad 20.
“Ada legasi jelas dari militerisasi Jerman di Eropa selama dua perang dunia yang menyebabkan banyak pemimpin Jerman memandang respons militer sebagai langkah terakhir,” kata Ellehuus kepada Associated Press.
Meskipun demikian, Ellehuus menyebut sikap Jerman kini justru bisa merugikan diri sendiri.
“Pemerintahan sekarang tak menyadari bahwa mengirim senjata pertahanan ke Ukraina bisa jadi benar-benar menghalangi agresi Rusia lebih lanjut,” katanya.
Sabine Fischer, pakar Rusia di lembaga wadah-pemikir Institut Jerman untuk Urusan Keamanan dan Internasional (SWP), menyebut Jerman inkonsisten dalam mengeksekusi kebijakan pasifis.
Baca Juga: Tolak Kirim Senjata, Jerman Beri Bantuan Rumah Sakit Lapangan ke Ukraina
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press