Inggris Tuding Kremlin Berencana Ganti Presiden Ukraina yang Pro-Rusia
Kompas dunia | 23 Januari 2022, 18:13 WIBLONDON, KOMPAS.TV - Pemerintah Inggris, Sabtu (22/1/2022), menuduh Kremlin berusaha menempatkan seorang pemimpin pro-Rusia di Ukraina.
Mereka juga mengatakan bahwa para perwira intelijen Rusia telah melakukan kontak dengan sejumlah mantan politisi Ukraina sebagai bagian dari rencana invasi, seperti dilansir Straits Times, Minggu (23/1/2022).
Kementerian luar negeri Inggris menolak memberikan bukti untuk mendukung tuduhannya, yang muncul pada saat ketegangan tinggi antara Rusia dan Barat atas pengerahan pasukan Rusia di dekat perbatasannya dengan Ukraina.
Moskow bersikeras tidak memiliki rencana untuk menyerang Ukraina.
Kementerian Inggris mengatakan, mereka memiliki informasi bahwa pemerintah Rusia sedang mempertimbangkan mantan anggota parlemen Ukraina Yevhen Murayev sebagai calon potensial untuk memimpin Ukraina yang pro-Rusia.
"Kami tidak akan menolerir rencana Kremlin untuk memasang kepemimpinan pro-Rusia di Ukraina," kata Truss di Twitter.
“Kremlin tahu serangan militer akan menjadi kesalahan strategis besar-besaran & Inggris dan mitra kami akan membebani Rusia dengan biaya besar.”
Pernyataan Inggris itu dirilis pada Minggu dini hari, waktu Moskow dan Kiev, dan tidak ada pernyataan langsung dari Kremlin, atau dari Murayev.
Sebuah sumber kementerian luar negeri mengatakan, itu bukan praktik yang biasa untuk berbagi masalah intelijen, dan rinciannya hanya dirahasiakan setelah pertimbangan yang cermat untuk mencegah agresi Rusia.
Klaim Inggris datang sehari setelah diplomat senior Amerika Serikat dan Rusia gagal membuat terobosan besar dalam pembicaraan untuk menyelesaikan krisis di Ukraina, meskipun mereka setuju untuk terus melakukan pembicaraan.
Rusia menuntut jaminan keamanan pada Amerika Serikat termasuk penghentian ekspansi NATO ke arah timur dan janji bahwa Ukraina tidak akan pernah diizinkan untuk bergabung dengan aliansi militer Barat.
Murayev, 45, adalah seorang politisi pro-Rusia yang menentang integrasi Ukraina dengan Barat.
Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh think-tank Razumkov's Center yang dilakukan pada Desember 2021, ia berada di peringkat ketujuh di antara kandidat untuk pemilihan presiden 2024 dengan 63 persen dukungan.
"Anda telah membuat malam saya menyenangkan. Kantor Luar Negeri Inggris tampaknya bingung," kata Murayev kepada surat kabar Inggris, Observer.
"Itu sangat tidak logis. Saya dilarang dari Rusia. Bukan hanya itu, tetapi uang dari perusahaan ayah saya di sana telah disita."
Baca Juga: Senjata Tempur Bantuan AS Mulai Tiba di Ukraina di tengah Panasnya Situasi dengan Rusia
Inggris, yang minggu ini memasok 2.000 rudal dan satu tim pelatih militer ke Ukraina, juga mengaku memiliki informasi bahwa dinas intelijen Rusia memelihara hubungan dengan "banyak" mantan politisi Ukraina.
Termasuk tokoh senior yang memiliki hubungan dengan mantan presiden Viktor Yanukovich.
Yanukovich melarikan diri ke Rusia pada 2014 setelah unjuk rasa selama tiga bulan terhadap pemerintahannya, dan usai terguling, Yanukovic dijatuhi hukuman 13 tahun penjara secara in-absentia atas tuduhan makar pada 2019.
"Beberapa dari mereka memiliki kontak dengan perwira intelijen Rusia yang saat ini terlibat dalam perencanaan serangan ke Ukraina," kata pernyataan kantor luar negeri Inggris.
Kantor Perdana Menteri Boris Johnson di Downing Street juga mengatakan pemimpin Inggris itu berencana untuk meningkatkan tekanan pada Rusia minggu ini dengan menyerukan rekan-rekan Eropa untuk bersama-sama dengan Amerika Serikat menghadapi agresi Rusia.
Sebelumnya, kantor berita RIA melaporkan Menteri Luar Negeri Inggris Truss akan mengunjungi Moskow Februari untuk bertemu dengan timpalannya dari Rusia Sergei Lavrov.
Sementara Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan timpalannya dari Inggris Ben Wallace juga setuju untuk mengadakan pembicaraan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV/Straits Times