Presiden China Xi Jinping Desak Kerja Sama dan Tolak Mentalitas Perang Dingin di Forum Ekonomi Dunia
Kompas dunia | 18 Januari 2022, 04:35 WIBJENEWA, KOMPAS.TV - Presiden China Xi Jinping menyerukan kerja sama dunia yang lebih besar melawan Covid-19 dan mengatakan China akan mengirimkan tambahan 1 miliar dosis vaksin ke negara lain.
Demikian diungkapkan Jinping dalam pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, yang digelar online, seperti dilansir Associated Press, Senin (17/1/2022).
Di acara yang sama, Presiden Xi Jinping juga mendesak kekuatan lain untuk membuang mentalitas Perang Dingin pada saat meningkatnya ketegangan geopolitik. Ungkapan mentalitas perang dingin ini diduga merupakan kecaman terselubung China untuk Amerika Serikat.
Saat menyampaikan pidato pembukaan pertemuan virtual yang diselenggarakan oleh Forum Ekonomi Dunia itu, Jinping memuji upaya negaranya untuk berbagi vaksin, memerangi perubahan iklim dan mempromosikan pembangunan di dalam dan luar negeri.
Acara online ini diadakan sebagai pengganti pertemuan tahunan setiap bulan Januari di Davos, Swiss, karena masalah kesehatan terkait dengan pandemi Covid-19.
Wabah global yang merenggut lebih dari 5,5 juta jiwa dan menjungkirbalikkan ekonomi dunia adalah tema lain dalam Forum Ekonomi Dunia itu.
Dalam sesi panel tentang virus tersebut, CEO Moderna mengatakan pembuat vaksin sedang mengerjakan booster tunggal untuk Covid-19 dan flu. Sementara pakar penyakit menular Amerika Serikat Dr Anthony Fauci menyesalkan dengan keengganan banyak orang Amerika untuk memakai masker dan mendapatkan vaksinasi.
“Ini adalah virus yang sangat tangguh,” kata Fauci, seraya mencatat sulitnya mencapai herd immunity terhadap Covid-19 karena kecenderungan kekebalan memudar, bahkan setelah vaksinasi.
“Anda membuat virus memiliki keuntungan ketika Anda tidak menerapkan secara terpadu semua tindakan kesehatan masyarakat yang diakui dengan baik, terutama vaksin.”
Baca Juga: Xi Jinping Telepon Jokowi, Ternyata China Ingin Terus Berjuang dengan Indonesia Melawan Covid-19
Xi, yang belum meninggalkan China sejak virus corona muncul pada awal 2020, mengatakan dalam pidatonya bahwa China telah mengekspor lebih dari 2 miliar dosis vaksin Covid-19 ke lebih dari 120 negara dan lembaga internasional.
Dia mengumumkan rencana untuk memberikan tambahan 1 miliar dosis, termasuk sumbangan 600 juta dosis ke Afrika dan tambahan 150 juta ke Asia Tenggara.
Sebagai perbandingan, manajer program COVAX yang didukung PBB untuk mengirimkan vaksin ke negara-negara berkembang mengumumkan pada akhir pekan lalu, mereka sudah mengirimkan 1 miliar dosis vaksin.
Xi menyentuh tema standar dari pembicaraan sebelumnya kepada audiens internasional, termasuk menanggapi keluhan mitra dagang dengan berjanji untuk membuka ekonomi China yang didominasi negara lebih luas untuk persaingan swasta dan asing.
Komentar Xi muncul saat sikap Amerika Serikat dan China mendidih pada topik Taiwan, kekayaan intelektual, perdagangan, hak asasi manusia, dan Laut China Selatan.
“Kita perlu membuang mentalitas Perang Dingin dan mencari koeksistensi damai dan hasil yang saling menguntungkan. Dunia kita saat ini jauh dari kata tenang,” kata Xi, melalui seorang penerjemah.
“Proteksionisme dan unilateralisme tidak dapat melindungi siapa pun. Mereka pada akhirnya merugikan kepentingan orang lain dan kepentingannya sendiri. Lebih buruk lagi adalah praktik hegemoni dan intimidasi, yang bertentangan dengan arus sejarah.
“Pendekatan zero-sum yang memperbesar keuntungan sendiri dengan mengorbankan orang lain tidak akan membantu,” tambahnya. "Jalan yang benar ke depan bagi kemanusiaan adalah pembangunan damai dan kerja sama yang saling menguntungkan."
Baca Juga: Tingkat Kelahiran China Anjlok di Titik Terendah pada Tahun 2021
Xi mengatakan China siap untuk bekerja dengan pemerintah lain mengenai iklim, tetapi tidak mengumumkan inisiatif baru dan tidak menawarkan sumber daya. Dia mengatakan terserah kepada negara-negara maju untuk menyediakan uang dan teknologi.
Setelah Xi berbicara, CEO Moderna Stephane Bancel mengatakan selama sesi tentang masa depan Covid-19, ia berharap perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat itu akan memiliki penguat vaksin gabungan yang siap untuk diuji dalam penelitian lanjutan pada kuartal kedua. Bancel mengatakan, skenario terbaik adalah satu suntikan yang mencakup flu dan Covid-19 dan itu siap digunakan tahun depan.
“Saya tidak berpikir itu akan terjadi di setiap negara, tetapi kami percaya itu mungkin terjadi di beberapa negara tahun depan,” kata Bancel.
Moderna banyak dikritik karena memprioritaskan distribusi vaksin Covid-19 ke negara-negara kaya. Hanya sebagian kecil dari pasokannya pergi ke negara-negara miskin melalui COVAX.
Dia mengatakan perusahaan bertujuan untuk membuat sekitar 2 hingga 3 miliar dosis tahun ini dan berharap memiliki data dari vaksin baru yang disesuaikan untuk mengatasi varian Omicron pada bulan Maret.
Dalam panel kerja sama teknologi, akses internet broadband diangkat sebagai isu ketimpangan dan kesenjangan mahal yang perlu diisi.
Pembicara seperti CEO Verizon Communications Hans Vestberg mengatakan transparansi seputar perlindungan privasi data orang akan sangat penting, termasuk kolaborasi antara perusahaan dan pemerintah.
Pertemuan tahunan Davos biasanya berlangsung secara fisik di pegunungan salju Alpen di Swiss timur, menarik ratusan pemimpin bisnis, elite budaya, akademisi, dan pemimpin pemerintah.
Para pemimpin negara-negara seperti Jerman, Kolombia dan Jepang akan berpidato di pertemuan yang berlangsung hingga Jumat.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press