Unjuk Rasa Berdarah di Kazakhstan, Ini Fakta-Faktanya
Kompas dunia | 6 Januari 2022, 18:40 WIBKemarahan rakyat memuncak karena kenaikan inflasi yang mendekati 9 persen dibanding tahun lalu, tertinggi dalam lebih dari lima tahun terakhir, membuat bank sentral menaikkan suku bunga menjadi 9,75 persen.
Negara yang kaya sumber daya berpenduduk 19 juta ini diperkirakan memiliki satu juta orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sementara, beberapa crazy rich Kazakhstan dengan harta miliaran dolar berada dalam daftar orang kaya dunia terbitan Forbes.
Baca Juga: Presiden Kazakhstan Minta Pertolongan Rusia, Sebut Kerusuhan di Negaranya Didalangi Teroris Asing
Kazakhstan juga penting bagi Amerika Serikat, karena menjadi negara yang signifikan bagi masalah energi negeri Paman Sam. Exxon Mobil dan Chevron, perusahaan energi AS, menanamkan puluhan miliar dolar di Kazakhstan barat, lokasi wilayah kerusuhan dimulai bulan ini.
Meskipun memiliki hubungan dekat dengan Moskow, pemerintah Kazakh juga mempertahankan hubungan dekat dengan Amerika Serikat. Lantaran, investasi minyak dipandang sebagai penyeimbang pengaruh Rusia.
Bagaimana tanggapan pemerintah terhadap unjuk rasa dan protes tersebut?
Pemerintah Kazakhstan mencoba untuk memadamkan unjuk rasa dengan memberlakukan keadaan darurat dan memblokir situs jejaring sosial dan aplikasi percakapan, termasuk Facebook, WhatsApp, Telegram, dan, untuk pertama kalinya, aplikasi China WeChat. Unjuk rasa publik tanpa izin ditetapkan sebagai ilegal.
Pemerintah juga mengakui beberapa tuntutan para pengunjuk rasa, seperti membubarkan Kabinet dan mengumumkan kemungkinan pembubaran Parlemen, yang akan menghasilkan pemilihan umum baru. Namun, sejauh ini, langkah itu gagal menjinakkan ketidakpuasan massa.
Siapa pemain politik utama di negara ini?
Kurang dari tiga tahun lalu, presiden Kazakhstan yang sudah renta, Nursultan Nazarbayev, sekarang berusia 81 tahun, mengundurkan diri.
Nazarbayev adalah seorang mantan pekerja pabrik baja dan pemimpin Partai Komunis. Ia naik ke tampuk kekuasaan Kazakhstan pada tahun 1989, ketika masih menjadi bagian dari Uni Soviet.
Selama pemerintahannya, ia menarik investasi besar dari perusahaan energi asing untuk mengembangkan cadangan minyak negara, yang diperkirakan mencapai 30 miliar barel. Cadangan minyak ini termasuk yang terbesar dari semua bekas republik Soviet.
Sebagai presiden terakhir yang masih hidup di Asia Tengah yang mengarahkan negaranya menuju kemerdekaan setelah Uni Soviet runtuh, ia menyerahkan kekuasaan pada 2019 kepada Tokayev, yang saat itu menjadi ketua Majelis Tinggi Parlemen dan mantan perdana menteri dan menteri luar negeri.
Tokayev secara luas dianggap sebagai penerus Nazarbayev, yang sampai saat ini dianggap memegang kekuasaan yang cukup besar, memegang gelar "Pemimpin Bangsa" dan menjabat sebagai ketua Dewan Keamanan negara itu. Tetapi, pemberontakan bisa menjadi pemutusan kekuasaan yang menentukan.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Straits Times