Setelah UEA, Bahrain, dan Maroko, Israel Bidik Indonesia dan Arab Saudi untuk Normalisasi Hubungan
Kompas dunia | 4 Januari 2022, 19:44 WIBTEL AVIV, KOMPAS.TV - Seorang pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan bahwa pihaknya dan Indonesia diam-diam sedang bekerja untuk mewujudkan normalisasi hubungan.
"Tujuannya adalah untuk menormalisasi hubungan dengan Indonesia dan Arab Saudi," ungkap pejabat tersebut, Senin (3/1/2022), seperti dikutip stasiun televisi Israel, i24News.
"Ini adalah dua negara yang kami ingin mencapai kesepakatan dengannya, tapi ini merupakan proses yang lambat yang membutuhkan waktu dan usaha. Kami harapkan yang terbaik."
Menurut i24News, Amerika Serikat (AS) bertindak sebagai mediator antara kedua negara.
Saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi di Jakarta beberapa waktu lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pun mengangkat isu normalisasi hubungan dengan Israel.
Hal itu diakui oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Teuku Faizasyah.
Baca Juga: Emma Watson Beri Dukungan untuk Palestina, Diplomat Israel Langsung Mencibir
"Isu Israel muncul disampaikan oleh Menlu Blinken pada pertemuan dengan Menlu RI saat kunjungan ke Jakarta," ungkap Faizasyah, Jumat, 24 Desember 2021, seperti dilansir Antara.
Namun, kata Faizasyah, posisi Indonesia tetap konsisten bersama rakyat Palestina.
"Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan posisi konsisten Indonesia terhadap Palestina bahwa Indonesia akan terus bersama rakyat Palestina memperjuangkan keadilan dan kemerdekaan."
Sementara itu, pejabat Israel yang dikutip i24News tersebut juga mengungkapkan bahwa pihaknya juga sedang berusaha mendekati negara-negara muslim lainnya seperti Kepulauan Komoro, Maladewa, serta dalam jangka panjang, Kuwait, dan Qatar.
Baca Juga: Kisah di Balik Hubungan Harmonis Timnas Aljazair dengan Palestina
Sejauh ini, Israel telah berhasil merayu Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Maroko untuk menormalisasi hubungan dengannya.
Normalisasi hubungan itu dilakukan di bawah perjanjian yang dinamakan "Abraham Accords" yang diperantarai pemerintah AS di bawah Donald Trump.
Negara Arab pertama yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel adalah Mesir pada 1979 dan diikuti Yordania pada 1994.
Penandatanganan perjanjian normalisasi hubungan dengan Israel yang dilakukan UEA dan Bahrain di Gedung Putih pada 15 September 2020 itu tidak disambut hangat oleh warga Palestina.
Ammar Hijazi, asisten menteri urusan hubungan multilateral untuk Otoritas Palestina, menyebut penandatanganan perjanjian tersebut sebagai "sebuah hari yang menyedihkan."
"Satu-satunya jalan menuju perdamaian bagi warga Palestina adalah penghentian pendudukan brutal Israel ini dan memberikan warga Palestina hak-hak untuk menentukan nasib sendiri. Tanpa itu, tidak ada jalan menuju perdamaian di kawasan ini," ujar Hijazi kepada Al Jazeera.
Baca Juga: Israel Balas Roket Tahun Baru Hamas dengan Serangan Udara
Sementara, Hamas menyebut kesepakatan normalisasi hubungan dengan Israel yang dilakukan negara-negara Arab sebagai "tikaman di punggung".
"Kesepakatan ini sama sekali tidak mendukung gerakan rakyat Palestina, ini justru mendukung narasi Zionis," kata Hazem Qassem, juru bicara Hamas, dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Al Jazeera.
"Kesepakatan ini mendorong pendudukan (Israel) untuk terus mengabaikan hak-hak rakyat Palestina kami, dan bahkan melanjutkan kejahatan-kejahatannya terhadap warga kami."
Penulis : Edy A. Putra Editor : Vyara-Lestari
Sumber : i24News/Antara/Al Jazeera