Orang Tua Jual Anak demi Makanan, Buntut Ekstrem Krisis Afghanistan
Kompas dunia | 3 Januari 2022, 05:16 WIBIa memiliki empat anak. Istrinya sedang mengandung anak kelima.
Tiga tahun lalu, Abdullah menerima “uang muka” untuk menikahkan putrinya yang kini berusia 7 tahun. Mempelai pria adalah seorang 18 tahun asal provinsi Badghis.
“Kami tidak punya makanan. Dia (istri Abdullah) perlu operasi lagi. Saya tidak punya satu afghani (mata uang Afghanistan) pun untuk membayar dokter,” kata Abdullah.
Baca Juga: Menlu Retno: Indonesia Ingin Taliban Tepati Janjinya setelah Kembali Berkuasa di Afghanistan
Putrinya, Hosran ditunggu keluarga mempelai pria hingga cukup umur. Jika sudah, uang baru dibayarkan penuh kepada keluarga Abdullah.
Akan tetapi, kebutuhan pengobatan membuat Abdullah membutuhkan lebih banyak uang. Ia pun mencari pria yang mau membayar untuk menikahi adik Hosran, Nazia yang kini berusia 6 tahun.
Istri Abdullah, Bibi Jan mengaku tidak punya pilihan lain. Mereka butuh sekitar 20.000-30.000 afghani atau sekitar 200-300 dolar AS untuk kebutuhan hidup.
“Ketika kami membuat keputusan ini, rasanya seperti bagian tubuh saya direnggut seseorang,” kata Bibi Jan.
Krisis juga membuat keluarga Shakir terpaksa menjual anak. Ia berupaya menjual anak laki-lakinya yang kini berusia 8 tahun, Salahuddin.
Perdagangan anak laki-laki lebih jarang dibanding perempuan di Afghanistan. Jikapun ada, biasanya penjualan ini untuk keperluan adopsi, bukan dinikahkan.
“Tidak ada ibu yang mampu melakukan ini terhadap anaknya, tetapi jika kamu tidak punya pilihan lain, kamu harus membuat keputusan di luar kehendak,” kata ibu Salahuddin, Guldasta.
Menurut ayahnya, Salahuddin menangis berhari-hari karena lapar. Shakir kemudian membawanya ke pasar untuk dijual, lalu berniat membeli makanan dengan uang yang diterima.
Baca Juga: Taliban Minta AS Bebaskan Aset Afghanistan Senilai Miliaran Dolar yang Dibekukan
Kelaparan yang menimpa keluarga Salahuddin juga dialami jutaan warga Afghanistan lain. Menurut perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sekitar 3,2 juta anak di bawah usia 5 tahun akan menderita malnutrisi akut pada akhir 2021.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UNOCHA) memperkirakan Afghanistan butuh tambahan bantuan 4,5 miliar dolar AS untuk mengatasi krisis pada 2022.
Sebagian donor internasional telah berjanji mengalirkan atau menambah bantuan ke Afghanistan. Menurut Bank Dunia, sekitar 280 juta dolar AS bantuan yang sempat dibekukan juga akan segera dicairkan.
Akan tetapi, menilik krisis yang semakin mengimpit warga, janji-janji tersebut mesti segera direalisasikan.
“Saya senang janji-janji telah dibuat. Namun itu tidak boleh sekadar janji, mereka harus menjadi realitas di lapangan,” kata Asuntha Charles.
Baca Juga: Pakistan Ajak Negara-Negara Muslim Bantu Afghanistan Hadapi Krisis
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Associated Press