> >

Orang Tua Jual Anak demi Makanan, Buntut Ekstrem Krisis Afghanistan

Kompas dunia | 3 Januari 2022, 05:16 WIB
Aziz Gul bersama anak-anaknya di permukiman dekat Herat, Afghanistan pada Desember 2021 Aziz Gul berhasil menggagalkan pernikahan putrinya yang masih 10 tahun. Banyak orang tua Afghanistan terpaksa menjual anak karena krisis ekonomi. (Sumber: Mstyslav Chernov/Associated Press)

KABUL, KOMPAS.TV - Krisis ekonomi yang menerjang Afghanistan menyebabkan banyak orang membuat keputusan drastis. Isu perdagangan anak mengkhawatirkan berbagai kalangan di negara yang bergantung pada bantuan internasional ini.

Ekonomi Afghanistan diterjang krisis usai Taliban menguasai Kabul pada pertengahan Agustus 2021 dan membentuk pemerintahan baru.

Komunitas internasional membekukan aset Afghanistan dan menangguhkan bantuan kemanusiaan, menolak bekerja sama dengan Taliban.

Dampaknya pun fatal bagi kesejahteraan warga. Pegawai negeri, termasuk dokter, tidak dibayar selama berbulan-bulan. Organisasi kemanusiaan menyebut setengah populasi Afghanistan terancam kekurangan makanan.

Korban situasi ini salah satunya adalah keluarga Aziz Gul. Di sebuah permukiman semi-permanen di barat Afghanistan, suaminya menjual sang anak yang berusia 10 tahun untuk dinikahi orang kaya.

Baca Juga: Mantan Tentara Perempuan Afghanistan Ketakutan di Bawah Taliban: Kami Tak Punya Masa Depan

Gadis itu dijual supaya suami Aziz Gul bisa membeli makanan bagi istri dan lima anaknya. Tanpa "uang muka" hasil penjualan si gadis, Aziz Gul mengaku keluarganya akan kelaparan.

Akan tetapi, Gul melawan balik. Setelah mengetahui anak gadisnya akan dijual, ia mengajak warga setempat untuk membatalkan kesepakatan ini.

Tekanan warga dan Gul akhirnya membuat anak gadisnya, Qandi Gul batal dinikahi. Namun, ia disuruh mengembalikan "uang muka" sekitar 1.000 dolar AS.

Suaminya kabur sejak itu, takut ditangkap Taliban. Pemerintahan Taliban sendiri telah melarang pemaksaan perempuan menikah atau dijadikan alat pertukaran.

Akan tetapi, harga-harga yang melambung tinggi membuat banyak keluarga terpaksa menjual anak mereka. Praktik pernikahan anak cukup umum di Afghanistan, biasanya dinikahkan dengan sepupu jauh pada usia 15 atau 16 tahun dan pihak keluarga diberi uang.

Baca Juga: Pengungsi Afghanistan Terkatung-katung di Indonesia, MUI: UNHCR Jangan Lepas Tangan

Fenomena itu membuat Asuntha Charles, direktur organisasi kemanusiaan World Vision, khawatir dan meminta bantuan internasional segera dicairkan.

“Hari demi hari, situasi di negara ini memburuk dan anak-anak menderita,” kata Charles dikutip Associated Press.

“Saya patah hati melihat keluarga mau menjual anak mereka demi memberi makan keluarga mereka. Ini waktu yang tepat bagi komunitas kemanusiaan untuk berdiri dan membersamai rakyat Afghanistan,” ujarnya.

Tak hanya keluarga Aziz Gul yang terpaksa menjual anak. Di permukiman  yang sama, Hamid Abdullah juga terpaksa menjual anak karena krisis ekonomi.

Abdullah mengaku butuh uang untuk membayar utang, makan keluarga, dan merawat istrinya yang kena penyakit kronis.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Associated Press


TERBARU