AS Tuduh China Kembangkan Senjata yang Mengontrol Otak, Bisa Bikin Lumpuh dan Kendalikan Lawan
Kompas dunia | 31 Desember 2021, 16:39 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) menuduh China telah mengembangkan senjata yang mengontrol otak.
Senjata tersebut diyakini bisa membuat kelumpuhan dan mengendalikan lawan alih-alih membunuhnya.
AS dikabarkan telah memberikan sanksi terhadap Akademi Ilmu Pengetahuan Medis Militer dan 11 institut penelitian yang terafiliasi dengannya.
Mereka disanksi karena dituduh menggunakan bioteknologi untuk mendukung angkatan bersenjata, termasuk persenjataan yang bertujuan mengontrol otak.
Baca Juga: Mengerikan, Pria Ini Hiasi Rumahnya dengan 26 Mumi Anak Perempuan yang Diambil dari Kuburan
Departemen Perdagangan, yang memasukan institut-institut tersebut ke daftar hitam, tak memberikan detail mengenai senjata itu.
Tetapi bagian terpisah dari dokumen militer yang ditulis pada tahun 2019 memberikan petunjuk tentang apa yang coba dicapai oleh China.
Pada salah satu laporan disebutkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengarah pada peningkatan metode dan kemampuan untuk menaklukkan musuh.
“Perang telah mulai bergeser dari pengejaran untuk menghancurkan tubuh menjadi melumpuhkan dan mengendalikan lawan,” bunyi laporan itu dengan judul, “Masa Depan Konsep Supremasi Militer” dikutip dari Washington Post.
“Fokusnya adalah menyerang keinginan musuh untuk melawan, bukan penghancuran fisik,” kata laporan tersebut.
Baca Juga: Ketahuan Positif Covid-19 di Tengah Penerbangan, Perempuan Ini Karantina Diri di Toilet Pesawat
Laporan itu juga mengungkapkan ilmu otak sedang digunakan untuk memperluas peperangan di bidang kesadaran manusia dan menyebabkan otak menjadi target utama serangan dan pertahanan senjata konsep biru.
Dengan daftar hitam tersebut, membuat perusahaan AS tak dapat mengekspor atau mentransfer barang kepada mereka tanpa izin kepada Akademi Ilmu Pengetahuan dan afiliasinya.
Hal itu muncul di tengah peringatan dari departemen pemerintah lainnya kepada Perusahaan AS bahwa China sedang mencoba memperoleh teknologi Amerika di sector-sektor utama, termasuk biotek.
Seorang pejabat mengungkapkan teknologi yang China coba kembangkan termasuk pengeditan gen, peningkatan kinerja manusia dan antarmuka mesin otak.
Menteri Perdagangan AS, Gina Raimondo mengatakan ada kekhawatiran bahwa China akan menggunakan senjata semacam itu untuk mempertahankan kedali atas warganya sendiri, termasuk etnis minoritas Muslim Uighur.
Baca Juga: China Ajak Rusia Kerja Sama, Lawan AS dan Hagemoni Asing
“Sayangnya, Republik Rakyat China memilih untuk menggunakan teknologi ini untuk mengejar control atas rakyatnya, dan penindasannya terhadap anggota kelompok etnis dan agama minoritas,” ujarnya dikutip dari Daily Mail.
“Kami tidak dapat membiarkan komoditas, teknologi dan perangkat lunak AS yang mendukung ilmu kedokteran dan inovasi bioteknik dialihkan ke penggunaan yang bertentangan dengan keamanan nasional AS,” kata Raimondo.
Berada di Beijing, Akademi Ilmu Pengetahuan Medis Militer biasanya digunakan sebagai pengembangan vaksin Covid-19.
Namun, AS semakin khawatir adanya hubungan antara penelitian sipil dan militer di China.
Penulis : Haryo Jati Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Washington Post/Daily Mail