> >

Mantan Kepala Intelijen Israel Akui Terlibat Pembunuhan Jenderal Iran

Kompas dunia | 21 Desember 2021, 18:47 WIB
Qassem Soleimani, pemimpin Garda Revolusi Iran, yang dibunuh di dekat Baghdad, Irak, pada 3 Januari 2020. Mantan kepala intelijen Israel mengungkap keterlibatan pihaknya dalam pembunuhan Soleimani. (Sumber: AP Photo)

TEL AVIV, KOMPAS.TV - Mantan kepala intelijen Israel mengungkap keterlibatan pihaknya dalam pembunuhan Komandan Pasukan Quds Garda Revolusi Iran Jenderal Qassem Soleimani.

Soleimani tewas dalam sebuah serangan drone Amerika Serikat (AS) di dekat Baghdad, Irak, pada 3 Januari 2020.

Mantan Kepala Intelijen Angkatan Pertahanan Israel (IDF) Mayor Jenderal Tamir Hayman mengatakan, pembunuhan Soleimani merupakan salah satu dari “dua pembunuhan yang signifikan dan penting” selama masa jabatannya.

Pembunuhan penting lainnya, kata dia, adalah pembunuhan terhadap pemimpin Jihad Islam, Baha Abu al-Ata.

Hal tersebut diungkapkan Hayman dalam wawancara dengan Pusat Warisan dan Peringatan Intelijen Israel pada bulan lalu, dikutip dari media Israel, Haaretz.

Baca Juga: Kerap Mengancam, Israel Ternyata Tak Memiliki Kekuatan untuk Menyerang Iran

Hayman menyelesaikan masa jabatannya sebagai kepala intelijen IDF pada Oktober lalu.

“Pembunuhan Soleimani merupakan sebuah pencapaian, karena musuh utama kami, di mata saya, adalah orang-orang Iran. Dua pembunuhan signifikan dan penting dapat dicatat pada masa jabatan saya,” ungkap Hayman.

Ia menambahkan, Israel telah melancarkan banyak operasi untuk mengganggu penyebaran senjata-senjata dan aliran dana Iran.

Menurut Haaretz, Soleimani terlibat dalam aktivitas militer Iran di banyak negara termasuk Irak, Afghanistan, dan negara-negara Kaukasus.

Dia juga dipandang sebagai salah satu orang yang paling dekat dengan pemimpin tertinggi Iran, Ali Khamenei.

Baca Juga: Iran Ungkap Peta Target Serangan di Israel, Ini Reaksi Negara Zionis

Kabar tentang keterlibatan Israel dalam pembunuhan Soleimani sebenarnya sudah muncul beberapa hari setelah kejadian.

Mengutip NBC News, Haaretz melaporkan, informan-informan di bandara internasional Damaskus, Suriah memberikan informasi kepada badan intelijen AS, CIA, tentang kapan pesawat yang dinaiki Soleimani berangkat menuju Baghdad.

Sementara Israel mengonfirmasi informasi intelijen yang diberikan kepada CIA tersebut.

Pekan lalu, Axios melaporkan, mantan Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan Israel, Barak Ravid, bahwa dia kecewa dengan Israel.

Pasalnya, Trump berharap Israel akan terlibat lebih aktif dalam serangan tersebut.

“Israel tidak melakukan hal yang benar,” kata Trump kepada Ravid.

Baca Juga: Mengejutkan, Donald Trump Sebut Warga Yahudi AS Tak Mencintai Israel

 

Penulis : Edy A. Putra Editor : Gading-Persada

Sumber : Haaretz/Axios


TERBARU