Penjualan Ganja Melonjak Tajam di Kedai Kopi Kota Den Haag Belanda akibat Lockdown Ketat Covid-19
Kompas dunia | 11 Desember 2021, 08:58 WIB"Perubahan serupa dalam penggunaan tembakau dan opium terlihat dalam wabah wabah bersejarah di Belanda," tambah dia.
Selama tekanan pandemi, "liburan otak kecil selalu menyenangkan," kata Gerard Smit bersetuju. Smit menjalankan kedai kopi Cremers di Den Haag.
"Tidak ada salahnya mengganja satu (linting) saat Anda menonton Netflix."
Namun, pembatasan Covid-19 membuat banyak ruang mengganja di kedai kopi menjadi kosong melompong, padahal sebelum pandemi dipenuhi asap ganja.
"Kami berkawan, tapi kami tidak saling berbagai linting lagi," kata Smit.
Perdagangan sibuk di Waterworld, sebuah kedai kopi lain di Den Haag. Berbagai jenis ganja dengan nama yang menggugah seperti 'fruti punch', 'gelato' atau 'amnesia haze' dipajang dalam wadah plastik besar.
"Hati-hati, hanya tiga orang sekaligus (dalam satu waktu boleh berada) di dalam!" kata Mesut Erdogan, seorang kasir.
Sebuah tanda di pintu mengatakan "Untuk menghentikan penyebaran virus Covid-19, area merokok ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut."
Baca Juga: Thailand Perkenalkan Pizza Ganja, Legal tapi Tak Bikin Mabuk
"Tidak ada yang datang lagi" untuk mengganja, kata Abdoel Sanhaji, yang juga presiden Alliance of The Hague Coffeeshops atau Aliansi Kedai Kopi Den Haag.
Dia mengatakan dirinya menghormati aturan pembatasan Covid-19, tetapi berharap ada perubahan aturan ketika pandemi berakhir.
Dalam paradoks yang bernuansa semesta pengganja, pemerintah Belanda telah men-dekriminalisasi konsumsi dan penjualan ganja, tetapi sisa rantai pasokan tetap ilegal.
Ganja, yang dijual oleh kedai kopi per kilonya setiap hari, dan untuk itu mereka membayar pajak, secara efektif masih dilarang di Belanda, demikian juga pembudidayaan ganja.
"Kami ilegal untuk hampir semua hal, kecuali untuk membayar pajak," canda Carmelita.
"Covid tidak akan berdampak pada kebijakan narkoba kami," kata John Peter Kools dari institut Trimbos.
"Bahkan Covid-19, selama 18 bulan pandemi, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan perdebatan sengit selama 30 tahun (tentang ganja)."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada
Sumber : France24