PBB Temukan Perbudakan Masa Kini di Sri Lanka, Korbannya Anak-Anak, Perempuan, Minoritas, dan Lansia
Kompas dunia | 4 Desember 2021, 05:35 WIB"Sejujurnya saya sangat tertekan melihat cara mereka menjalani kehidupan. Lima sampai 10 orang terkurung di ruang kecil. Tidak ada fasilitas dapur atau toilet atau pancuran yang layak, hanya kondisi yang mengerikan. Saya telah merekomendasikan kepada pemerintah (Sri Lanka) untuk melakukan sesuatu tentang ini, karena terus terang saya sendiri sungguh terganggu,” kata Obokata.
Baca Juga: Bulan Lalu Minum Ramuan Anti-Corona Dari Penyihir, Sekarang Menkes Sri Lanka Positif Covid-19
Pejabat pemerintah Sri Lanka tidak segera tersedia untuk dimintai komentar.
Perempuan dan anak perempuan secara tidak proporsional dipengaruhi bentuk-bentuk perbudakan kontemporer, di mana perempuan sebagian besar mengisi pekerjaan di sektor-sektor perkebunan, industri garmen dan tenaga kerja rumah tangga, kata Obokata.
Di sektor perkebunan, perempuan harus memenuhi target harian untuk mendapatkan upah minimum harian, kata Obokata.
“Demikian pula, target yang semakin tinggi di sektor garmen terus menekan pekerja perempuan. Akibatnya, beberapa bahkan memilih untuk tidak ke kamar mandi demi memenuhi target," katanya.
Dalam beberapa kasus, seperti di sektor perkebunan, pekerja yang lebih tua terpaksa secara teratur melakukan pekerjaan yang menantang secara fisik karena orang yang lebih muda memilih untuk bekerja di luar sektor tersebut.
Mereka tidak punya akses ke perawatan kesehatan yang memadai, perlindungan sosial, atau cuti sakit yang dibayar, katanya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press