Pengakuan Dokter Israel, Tertular Covid-19 Omicron di London dan Diyakini yang Pertama Terinfeksi
Kompas dunia | 2 Desember 2021, 16:10 WIBTEL AVIV, KOMPAS.TV - Dokter Israel mengaku dirinya tertular varian baru Covid-19 Omicron di London, Inggris pada konferensi yang dihadiri 1.250 orang pada Selasa (23/11/2021).
Ia pun diyakini sebagai salah satu yang pertama terinfeksi Covid-19 Omicron.
Pengakuan dokter bernama Elad Maod itu pun mengejutkan, karena peneliti dari Afrika Selatan mengonfirmasikan varian baru itu tak lama setelahnya.
Elad Maor, 45 tahun yang sudah menjalani tiga kali vaksinasi mengungkapkan dirinya tiba di London pada 19 November.
Baca Juga: Cegah Omicron, Arab Saudi Kembali Tangguhkan Penerbangan dari Negara Lain, Ini Daftarnya
Ia pun tinggal di hotel di Islington sebelum mendatangi konvensi selama tiga hari di ExCel London, London, sebelum kembali ke Israel.
Maor yang merupakan kardiologis di Pusat Medis Sheba, Tel Aviv kemudian dinyatakan positif karena virus itu, empat hari kemudian, Sabtu (27/11/2021).
Ia mengalami gejala ringan, termasuk sakit tenggorokan, demam dan nyeri otot.
Maor sebelumnya melakukan tes PCR pada 20, 21 dan 24 November, dan semua hasilnya negatif.
Setelah ia kembali bekerja di Israel, ia pun mengalami gejala tersebut dan melakukan tes PCR keempat yang hasilnya positif.
Maor pun kemudian dikarantina di rumahnya di Israel, dan menegaskan tertular Covid-19 Omicron saat menghadiri konvensi tersebut.
“Saya mendapat Omicron di London, itu yang pasti,” katanya kepada The Guardian.
“Yang menarik itu terjadi 10 hari lalu di London. Sangat-sangat awal,” tuturnya.
Ia pun mengatakan koleganya yang bersamanya juga telah dinyatakan positif varian Omicron.
Pengakuan Maor ini menimbulkan ketakutan, bahwa varian Omicron sudah berada di Inggris jauh lebih dulu dibandingkan perkiraan awal.
Baca Juga: Kim Jong-Un Akan Berikan Hadiah Permen saat Ulang Tahun, tapi Rakyat Korea Utara Harus Bayar
Saat ini Pemerintahan di seluruh dunia egera menjelajahi basis data untuk kasus infeksi Covid-19 baru-baru ini.
Mereka menyaring para pelancong dan memecahkan kode genom virus dari varian baru itu ketika mencoba mengukur seberapa jauh penyebarannya dan dari mana asalnya.
Saat ini tengah dilakukan penelitian untuk menentukan apakah varian baru itu lebih menular, lebih mematikan dan membuat vaksin tak berdaya.
Namun, untuk menentukannya dipastikan bakal menghabiskan waktu lama.
Penulis : Haryo Jati Editor : Purwanto
Sumber : The Guardian