Bertaruh Nyawa demi Cinta Beda Agama di Tengah Kekuasaan Nasionalis Hindu India
Kompas dunia | 30 November 2021, 22:59 WIBBELAGAVI, KOMPAS.TV - Pernikahan beda agama teramat jarang di India. Namun, cinta beda agama umum ditentang dan bahkan pasangan dalam hubungan seperti itu dihantui kekerasan pihak lain.
Berkuasanya Perdana Menteri Narendra Modi dan Partai Bharatiya Janata (BJP) membuat situasi semakin berbahaya bagi pasangan beda agama.
BJP dan nasionalis Hindu kerap menyebarkan teori konspirasi “jihad cinta”, menuduh laki-laki Muslim mengincar perempuan Hindu untuk memaksanya pindah agama.
Menurut teori konspirasi tersebut, tujuan laki-laki Muslim adalah menandingi dominasi mayoritas Hindu India.
Teori konspirasi ini secara luas ditentang kalangan aktivis dan akademisi. Namun, kelompok nasionalis Hindu garis keras tetap meyakininya, meningkatkan angka insiden kekerasan terhadap pasangan beda agama.
“Teori konspirasi ini mendemonisasi Muslim dan yang lain dan membuat rasa viktimisasi dan ketakutan di kalangan Hindu bahwa India akan diubah menjadi negara muslim,” kata Mohan Rao, pensiunan profesor ilmu politik Universitas Jawaharlal Nehru, kepada Associated Press.
“Ini absurd,” tegasnya.
Baca Juga: Misteri Hilangnya Seorang Mantan Kepala Polisi India
BJP secara formal memang tidak melarang pernikahan beda agama. Namun, menurut juru bicara partai penguasa India tersebut, kekhawatiran atas “jihad cinta” valid.
“BJP tidak sepenuhnya menentang pernikahan beda agama. Pada dasarnya, itu pilihan individual. Namun, untuk menggaet seseorang lewat jalur finansial atau paksaan, atau dengan cara tertentu untuk mengubah (agama), itu tidak bisa diterima,” kata juru bicara BJP, Gopal Krishna.
Dinas Investigasi Nasional India dan putusan pengadilan telah menegaskan bahwa teori “jihad cinta” tak berdasar.
Data pun menunjukkan bahwa persebaran agama di India stabil sejak 1951. Hindu masih menjadi mayoritas, sedangkan populasi Muslim masih sekitar 14 persen dari populasi total India.
Meskipun demikian, organisasi hak-hak asasi manusia menyebut kekerasan terhadap pasangan beda agama meningkat beberapa tahun belakangan. Ini dilakukan kelompok nasionalis Hindu garis keras untuk menghentikan cinta beda agama.
Ratusan pria Muslim diserang, sebagian dibunuh.
Salah satu korban kekerasan adalah pasangan Arbaz Mullah dan Shweta Kumbhar. Mereka bertemu dan jatuh cinta di kota Belagavi, Karnataka, daerah yang dikuasai BJP.
Baca Juga: Tidak Naik Kelas karena Agama, Praktisi Pendidikan Toleransi: Sekolah Tidak Boleh Diskriminatif
Mullah, laki-laki Muslim, berjanji akan menikahi Kumbhar, perempuan Hindu. Mereka menjalin hubungan selama tiga tahun.
Kisah cinta mereka berakhir tragis. Pada September 2021, Mullah dibunuh, jasadnya dimutilasi.
Lebih tragis, kelompok pembunuh yang menghabisi Mullah diduga merupakan suruhan keluarga Kumbhar.
Pada 28 September 2021, jasad Mullah ditemukan di lintasan kereta api dalam kondisi terpotong-potong. Pembunuh menaruh jasadnya di situ agar polisi mengira ia tewas ditabrak kereta.
Pembunuhan Mullah bermula dari terungkapnya hubungan dengan Kumbhar. Ia mulai mendapatkan telepon-telepon ancaman. Mulanya dari keluarga Kumbhar, lalu dari kelompok garis keras Sri Ram Sena Hindustan.
Kelompok ini memeras Mullah dan memaksanya memutuskan hubungan dengan Kumbhar.
Meskipun demikian, sepasang kekasih ini nekat bertemu. Mereka mulai ketemuan diam-diam di daerah perdesaan.
Nahasnya, pihak keluarga Kumbhar mengetahui hubungan rahasia tersebut. Mullah pun dipanggil untuk bertemu kelompok Sri Ram Sena Hindustan.
Menurut penyelidikan aparat, anggota Sri Ram Sena Hindustan memukuli Mullah dengan pentungan, lalu memutilasinya menggunakan pisau.
Baca Juga: Angka Kasus Meningkat, Indonesia Darurat Kekerasan Seksual Pada Anak!
Polisi kemudian menangkap sepuluh orang terkait kasus ini. Orang tua Kumbhar juga ditangkap. Menurut polisi, mereka mengaku telah membayar para pembunuh.
Di lain pihak, petinggi Sri Ram Sena Hindustan membantah anggotanya telah membunuh Mullah. Mereka justru beranggapan bahwa sedang diusik karena “bekerja untuk kemuliaan Hindu.”
Tren cinta beda agama memang mulai diterima di India. Namun, itu hanya terjadi di kota besar seperti New Delhi dan Mumbai.
Sementara di daerah pinggiran seperti Karnataka, hubungan beda agama masih teramat tabu dan kekerasan terhadap Muslim meningkat.
Sentimen tersebut justru diakomodasi oleh BJP. Sejumlah daerah yang dikuasai BJP mulai memberlakukan peraturan yang mengekang cinta beda agama.
Salah satunya adalah negara bagian Uttar Pradesh. Pasangan beda agama yang hendak menikah diwajibkan melapor dua bulan sebelum akad.
Kemudian, pasangan akan dipantau apakah terjadi perpindahan agama. Jika pengadilan menemukan bahwa salah satu pihak pindah agama karena paksaan, maka pasangannya bisa dipenjara hingga 10 tahun.
Kalangan aktivis mengkritik kebijakan semacam itu sebagai langkah BJP mengobarkan ketakutan palsu.
Sejauh ini, di India, mayoritas masyarakat masih menganggap pernikahan beda agama terlarang.
Menurut survei Pew Research Center pada 2020, sepertiga responden Hindu mengaku akan menghalangi pernikahan beda agama di keluarganya. Di kalangan Muslim, jumlah yang menolak mencapai 80 persen.
Kampanye nasionalis Hindu dan maraknya kasus kekerasan turut menghambat keterbukaan terhadap pernikahan beda agama, terutama di daerah rural.
Pemerintahan PM Narendra Modi selama ini dituduh diam saja atas kekerasan terhadap minoritas. Era Modi bukanlah kabar baik bagi pasangan beda agama seperti Mullah dan Kumbhar.
“Mencintai seseorang bukanlah kejahatan. Itu terjadi begitu saja. Tidak ada yang bisa merencanakannya,” kata Hyder Khan, sahabat Mullah.
“Namun sangat sulit pada masa ini sebagai Muslim yang jatuh cinta dengan seseorang beragama lain,” imbuhnya.
Baca Juga: Percobaan Mengejutkan Pegawai Facebook di India: Algoritma Tuntun Pengguna kepada Konten Menghasut
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press