Ini Reaksi Berbagai Negara Mendengar Temuan Varian Baru Covid-19 B.1.1.529 di Afrika Selatan
Kompas dunia | 27 November 2021, 01:05 WIB“Ini adalah salah satu konsekuensi dari ketidaksetaraan dalam peluncuran vaksin dan mengapa perebutan kelebihan vaksin oleh negara-negara kaya pasti akan berbalik pada kita semua di beberapa titik,” kata Michael Head, peneliti senior di bidang kesehatan global di Universitas Inggris Southampton.
Dia mendesak para pemimpin Kelompok 20 untuk melampaui janji-janji yang tidak jelas dan benar-benar memenuhi komitmen mereka untuk berbagi dosis.
Varian baru dari Afrika Selatan itu segera memicu kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya lebih banyak gejolak ekonomi terkait pandemi.
"Investor kemungkinan akan mengambil tindakan terlebih dahulu dan mengajukan pertanyaan nanti setelahnya sampai lebih banyak diketahui," kata Jeffrey Halley dari broker valuta asing Oanda.
Baca Juga: Ditemukan Virus Corona Varian Baru, Inggris Berlakukan Larangan Perjalanan ke Enam Negara Afrika
Harga minyak jatuh, dengan minyak mentah AS turun 6,7 persen ke tingkat USD73,22 per barel dan patokan Brent internasional turun 5,6 persen ke tingkat USD77,64, keduanya merupakan pergerakan yang luar biasa besar untuk satu hari.
Selama awal merebaknya pandemi pada tahun 2020, harga minyak anjlok karena pembatasan perjalanan dan lockdown mengurangi permintaan bahan bakar.
Saham maskapai penerbangan jelas terpukul, dengan Lufthansa turun 12,4 persen, IAG, induk dari British Airways dan Iberia, turun 14,4 persen, Air France-KLM turun 8,9 persen dan easyJet turun 10,9 persen.
Berbicara sebelum pengumuman Uni Eropa, Dr. Michael Ryan, kepala kedaruratan di WHO, memperingatkan terhadap "reaksi spontan" atas fenomena yang sedang terjadi.
“Kita telah melihat di masa lalu, begitu ada penyebutan jenis variasi apa pun, semua orang lantas menutup perbatasan dan membatasi perjalanan. Sangat penting bagi kita untuk tetap terbuka dan tetap fokus,” kata Ryan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika menyetujui dan sangat tidak menyarankan larangan perjalanan di negara-negara yang melaporkan varian baru. Dikatakan pengalaman masa lalu menunjukkan larangan perjalanan semacam itu “tidak menghasilkan hasil yang berarti.”
Baca Juga: Ilmuwan di Afrika Selatan Deteksi Varian Baru Covid-19 yang Berpotensi Jadi Ancaman Besar
Inggris melarang penerbangan dari Afrika Selatan dan lima negara Afrika selatan lainnya hari Jumat siang dan mengumumkan siapa pun yang baru saja tiba dari negara-negara itu akan diminta untuk melakukan tes Covid-19.
Jerman mengatakan larangan terbangnya dapat diberlakukan segera pada Jumat malam. Jens Spahn mengatakan, penerbangan yang kembali dari Afrika Selatan hanya akan dapat membawa pulang warga Jerman, dan para pelancong harus dikarantina selama 14 hari apakah mereka divaksinasi atau tidak.
Jerman mencatat rekor jumlah kasus harian dalam beberapa hari terakhir dan pada hari Kamis melampaui 100.000 kematian akibat Covid-19.
Kementerian Kesehatan Italia mengumumkan langkah-langkah untuk melarang masuk bagi siapa saja yang pernah berada di tujuh negara Afrika selatan dalam 14 hari terakhir, yakni Afrika Selatan, Lesotho, Botswana, Zimbabwe, Mozambik, Namibia, dan Eswatini. Kemudian, Belanda dan Republik Ceko juga merencanakan tindakan serupa.
Pemerintah Jepang mengumumkan warga negara Jepang yang bepergian dari Eswatini, Zimbabwe, Namibia, Botswana, Afrika Selatan, dan Lesotho harus dikarantina di akomodasi khusus pemerintah selama 10 hari dan menjalani tes COVID-19 pada hari ketiga, keenam, dan kesepuluh. Jepang belum membuka diri untuk warga negara asing.
Pemerintah Afrika Selatan mengatakan keputusan Inggris untuk sementara melarang orang Afrika Selatan masuk “tampaknya terburu-buru,” mengutip fakta bahwa WHO belum merekomendasikan langkah selanjutnya.
Virus corona berevolusi saat menyebar, sementara banyak varian baru, termasuk yang berpotensi mutasi berisiko, sering mati saat penyebaran.
Para ilmuwan memantau kemungkinan perubahan yang bisa lebih menular atau mematikan, tetapi memilah bahaya yang tepat membutuhkan waktu.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press