> >

Dalam KTT ASEAN-China, Presiden Xi Jinping Katakan Negaranya Tidak Mencari Hegemoni

Kompas dunia | 22 November 2021, 23:59 WIB
Presiden China Xi Jinping pada KTT ASEAN-China, Senin (22/11/2021), mengatakan negaranya tidak mencari hegemonil dan tidak ingin mengganggu negara-negara yang lebih kecil. (Sumber: Japan Times)

BEIJING, KOMPAS.TV - Presiden China Xi Jinping, Senin (22/11/2021), mengatakan Beijing tidak akan "mengganggu" tetangga-tetangga regionalnya yang lebih kecil.

Hal tersebut diungkapkannya kepada para pemimpin sepuluh negara ASEAN pada KTT ASEAN-China di tengah meningkatnya ketegangan terkait Laut Cina Selatan, seperti dilansir Straits Times, Senin.

Klaim teritorial Beijing di Laut China Selatan berbenturan dengan klaim beberapa negara Asia Tenggara dan membuat khawatir Washington hingga Tokyo.

“China dari dulu, saat ini, dan ke depan selalu menjadi tetangga yang baik, teman baik, dan mitra ASEAN yang baik,” kata media pemerintah China mengutip Xi Jinping.

China tidak akan pernah mencari hegemoni atau mengambil keuntungan dari ukurannya untuk memaksa negara-negara kecil, dan akan bekerja dengan ASEAN untuk menghilangkan “campur tangan”, kata Xi pada KTT tersebut.

Untuk menjalankan kemitraan tersebut, negara-negara ASEAN meminta China menghormati hukum internasional, termasuk dalam sengketa Laut China Selatan.

Penegasan kedaulatan China atas Laut China Selatan membuat China berbenturan dengan negara-negara anggota ASEAN seperti Vietnam dan Filipina, sementara Brunei, Taiwan dan Malaysia juga mengklaim bagian-bagian mereka.

Baca Juga: Satu Forum dengan Xi Jinping di KTT ASEAN-China, Jokowi Minta Hukum Internasional Dihormati

Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menghadiri konferensi virtual ASEAN-China dari Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pada KTT tersebut, Presiden Jokowi secara tidak langsung menyinggung sengketa perairan ASEAN dengan China dan menegaskan semua pihak wajib mematuhi hukum internasional. (Sumber: Rusman/BPMI Setpres )

Kamis (18/11/2021) lalu, Filipina mengutuk "dalam istilah yang paling keras" tindakan tiga kapal penjaga pantai China yang dikatakan memblokir dan menggunakan meriam air pada kapal pasokan menuju atol yang diduduki Filipina di Laut China Selatan.

Pada KTT tersebut, Presiden Joko Widodo secara tidak langsung menyinggung sengketa perairan ASEAN dengan China, menegaskan semua pihak wajib mematuhi hukum internasional.

“Presiden menggarisbawahi bahwa merupakan tanggung jawab semua negara untuk menjadikan kawasan kita damai dan stabil, di mana hukum internasional harus dihormati,” kata Retno menyampaikan pidato Jokowi dalam keterangan persnya.

Pada Jumat (19/11/2021), Amerika Serikat (AS) menyebut tindakan China itu "berbahaya, provokatif, dan tidak dapat dibenarkan," serta memperingatkan serangan bersenjata terhadap kapal Filipina akan memicu komitmen pertahanan bersama antara AS dan Filipina.

“Amerika Serikat sangat percaya bahwa tindakan China mengklaim wilayah maritim Laut China Selatan yang luas dan melanggar hukum itu merusak perdamaian dan keamanan di kawasan itu,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price.

Baca Juga: China Janji Tak akan Risak Kedaulatan Asia Tenggara

Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada KTT ASEAN-China, Senin (22/11/2021), mengatakan, dia "tidak dapat menerima" serangan itu dan mengatakan aturan hukum adalah satu-satunya jalan keluar dari perselisihan tersebut. "(Peristiwa) itu memberi cerminan yang baik tentang hubungan antara negara kita," kata Duterte. (Sumber: Business World Online)

ASEAN beranggotakan Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Xi dalam KTT ASEAN-China itu mengatakan, China dan ASEAN sudah "menyingkirkan kesuraman Perang Dingin" - ketika kawasan itu didera oleh persaingan dan konflik negara adidaya seperti Perang Vietnam, dan sudah bersama-sama menjaga stabilitas regional.

China sering mengkritik AS atas "pemikiran Perang Dingin" negara adidaya itu saat Washington melibatkan sekutu regionalnya untuk melawan pengaruh militer dan ekonomi Beijing yang semakin meningkat.

Presiden AS Joe Biden ikut bergabung dengan para pemimpin ASEAN di KTT virtual pada Oktober lalu dan menjanjikan keterlibatan yang lebih besar dengan kawasan itu.

KTT ASEAN-China digelar tanpa kehadiran Myanmar, seperti dikatakan dua sumber yang mengetahui pertemuan tersebut.

Seorang juru bicara pemerintah militer Myanmar tidak menjawab permintaan komentar.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/Straits Times


TERBARU