Pfizer, BioNTech, dan Moderna Profit Rp1,3 Triliun per Hari dari Penjualan Vaksin Covid-19
Kompas dunia | 17 November 2021, 05:05 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV - Pfizer, BioNTech, dan Moderna menghasilkan keuntungan gabungan sebesar US$65.000 setiap menit dari vaksin Covid-19 mereka yang sangat sukses. Sementara, negara-negara termiskin di dunia sebagian besar tetap tidak mendapat vaksin dan melaksanakan vaksinasi Covid-19. Ini diungkap sebuah analisis yang baru terbit seperti dilansir Straits Times, Selasa (16/11/2021).
Perusahaan-perusahaan tersebut menjual sebagian besar vaksin mereka ke negara-negara kaya. Ini membuat negara-negara berpenghasilan rendah dalam kesulitan, kata Aliansi Vaksin Rakyat PVA, sebuah koalisi yang berkampanye untuk akses yang lebih luas ke vaksin Covid-19. PVA mendasarkan perhitungan mereka pada laporan pendapatan perusahaan pembuat obat tersebut.
Aliansi itu memperkirakan, ketiganya secara total menghasilkan laba sebelum pajak sebesar US$34 miliar per tahun, yang berarti lebih dari US$1.000 atau Rp14 juta per detik, US$65.000 atau Rp925 juta per menit atau US$93,5 juta yang setara Rp1,33 triliun per hari. Wow!
"Sungguh keji, hanya beberapa perusahaan menghasilkan keuntungan jutaan dolar setiap jam, sementara hanya 2 persen orang di negara-negara berpenghasilan rendah sepenuhnya menjalani Covid-19," kata Maaza Seyoum dari Aliansi Afrika dan Aliansi Vaksin Rakyat Afrika.
Baca Juga: Pfizer Umumkan Hasil Uji Obat Covid-19 Paxlovid, Ini Perbandingannya dengan Molnupiravir dari Merck
"Pfizer, BioNTech, dan Moderna menggunakan monopoli mereka untuk memprioritaskan kontrak yang paling menguntungkan dengan pemerintah terkaya, membuat negara-negara berpenghasilan rendah berada dalam bahaya."
Pfizer dan BioNTech mengirimkan kurang dari 1 persen dari total pasokan mereka ke negara-negara berpenghasilan rendah, sementara Moderna hanya mengirimkan 0,2 persen, kata PVA.
Saat ini, 98 persen orang di negara berpenghasilan rendah belum sepenuhnya divaksinasi.
Tindakan ketiga perusahaan tersebut berbeda dengan AstraZeneca dan Johnson & Johnson, yang menyediakan vaksin mereka secara nirlaba. Kendati begitu, keduanya mengumumkan kemungkinan akan mengakhiri pengaturan ini di masa depan saat pandemi mereda.
PVA mengatakan, meskipun menerima dana publik lebih dari US$8 miliar, Pfizer, BioNTech dan Moderna menolak desakan untuk mentransfer teknologi vaksin ke produsen di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah melalui Organisasi Kesehatan Dunia WHO, "sebuah langkah yang dapat meningkatkan pasokan global, menurunkan harga dan menyelamatkan jutaan nyawa".
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Straits Times via AFP