Kedinginan dan Kelaparan, Pengakuan Migran yang Terjebak di Perbatasan Polandia-Belarusia
Kompas dunia | 13 November 2021, 14:57 WIBDOHUK, KOMPAS.TV - Ribuan migran masih terjebak dalam krisis perbatasan Polandia-Belarusia. Para migran itu kebanyakan berasal dari Timur Tengah, hendak menyeberang ke negara-negara Uni Eropa, tetapi dihalau aparat.
Pada Senin (9/11/2021) lalu, para migran yang putus asa berusaha menerobos perbatasan Polandia. Bentrokan terjadi dan sejumlah migran luka-luka.
Kondisi migran yang singgah di kamp pengungsian dan hutan mengenaskan. Relawan kemanusiaan menyebut para migran kelaparan dan butuh obat-obatan.
Cuaca di perbatasan Polandia pun sedang tak bersahabat. Menjelang musim dingin, suhu udara bisa mencapai titik beku di perbatasan.
Kebanyakan migran itu berutang atau menjual barang berharga demi iming-iming hidup di Eropa Barat melalui Belarusia. Namun, kini mereka terancam dideportasi setelah kehilangan segalanya.
Salah seorang migran yang terjebak adalah Sarkawt Ismat, sopir taksi 19 tahun asal Dohuk, Kurdistan, Irak.
Sarkawt meninggalkan kampung halaman sejak dua pekan lalu. Ia rela membayar 2.600 dolar AS atau sekitar Rp37 juta demi tiket ke Jerman via Belarusia. Ia menjual taksi yang bukan miliknya sendiri demi perjalanan ini.
Baca Juga: Krisis di Perbatasan Belarusia-Polandia Memanas, Ribuan Migran Terjebak, Politisi Saling Tuduh
Agen perjalanan menjanjikannya bisa sampai ke Jerman melalui akomodasi perjalanan bus ke Turki, tiket pesawat ke Minsk, Bulgaria, serta empat malam menginap di hotel, masing-masing di Istanbul dan Minsk.
Sarkawt diiming-imingi bahwa perjalanannya cukup mudah. Ia hendak menyusul kakaknya yang terlebih dulu migrasi ke Jerman. Sang kakak nekat bermigrasi karena penyakit jantung membuatnya tak memiliki masa depan di Irak.
Akan tetapi, ketika hampir mencapai perbatasan Polandia, mimpi Sarkawt dan rekan-rekannya buyar. Ia mengaku dicegat tentara Belarusia, dipukuli, lalu barang-barangnya dirampas.
Sarkawt dan rekan-rekannya terjebak di hutan selama beberapa hari. Petugas perbatasan Polandia mencegahnya lewat.
“Saya ketakutan dan ingin pulang sekarang, tetapi saya tidak punya uang. Benar-benar penghinaan di sini,” kata Sarkawt kepada Associated Press melalui telepon pinjaman.
“Ketika saya berangkat, mereka bilang ini sangat mudah; hanya butuh tiga hari sampai Eropa,” lanjutnya.
Sarkawt adalah satu dari ribuan korban kebijakan pemerintah dan iklan agen perjalanan.
Perjalanan seperti yang ditempuh Sarkawt ramai ditawarkan beberapa bulan belakangan, kendati tetangga Belarusia yakni Polandia, Lituania, dan Latvia memperketat perbatasan seiring melonjaknya migrasi.
Baca Juga: Presiden Belarusia Hina Uni Eropa dan Polandia Usai Naik Pitam Dituduh Ini
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Associated Press