> >

Kekeringan Akibat Perubahan Iklim di Kenya Ancam Manusia dan Fauna

Kompas dunia | 8 November 2021, 01:05 WIB
Seorang petugas Badan Konservasi Satwa Liar Subuli di dekat bangkai jerapah yang mati akibat kekeringan di Wajir, Kenya pada 25 Oktober 2021. (Sumber: Brian Inganga/Associated Press)

NAIROBI, KOMPAS.TV - Kekeringan dilaporkan mulai kembali melanda bagian utara Kenya. Bencana ini menyebabkan ternak dan manusia kekurangan makanan.

Kekeringan ini menyusul serangkaian guncangan perubahan iklim di Semenanjung Tanduk Afrika.

Para penggembala Kenya terpaksa membiarkan ternak mereka kurus akibat kekurangan minum dan makanan. “Jika mereka mati, kita mati,” kata Yusuf Abdullahi, seorang peternak Kenya.

Bencana kekeringan membuat pemerintah Kenya mengumumkan situasi darurat di 10 dari 47 provinsinya. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut lebih dari dua juta warga Kenya terancam kekurangan makanan.

Kekeringan pun memaksa warga menjelajah lebih jauh untuk mencari sumber air minum dan makanan. Hal ini pun dapat menyebabkan ketegangan antarkomunitas atau etnis.

Baca Juga: PBB: Kekeringan dan Konflik Picu Ekonomi Kolaps dan Kelaparan di Afghanistan, G20 Harus Bertindak

Akibat kekeringan, satwa liar di Kenya dilaporkan mulai mati. “Panas di daratan memberi tahu Anda tanda kelaparan yang kami hadapi,” kata Ketua Badan Konservasi Satwa Liar Subuli Muhammad Sharmarke.

Para ahli memperingatkan bahwa bencana seperti kekeringan akibat krisis iklim akan semakin sering melanda Benua Afika.

“Kita tidak punya planet cadangan untuk mengungsi sekalinya kita berhasil menghancurkan planet ini,” kata Direktur Eksekutif Otoritas Pembangunan Antarpemerintah Afrika Timur Workneh Gebeyehu.

Benua Afrika sendiri hanya bertanggung jawab atas 4% dari keseluruhan emisi gas rumah akca. Namun, para ahli menyebut benua ini memanas lebih cepat dari rata-rata global dan paling terancam oleh dampak krisis iklim.

Baca Juga: Biden Klaim Konferensi Perubahan Iklim Telah Cetak Kemajuan Bersejarah

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Fadhilah

Sumber : Associated Press


TERBARU