> >

Miris, Ini Bedanya Bila Suhu Bumi Naik 1,5 Derajat dan Naik 2 Derajat Celcius dalam Pemanasan Global

Kompas dunia | 8 November 2021, 07:15 WIB
Ilustrasi perubahan iklim. Menurut para ilmuwan dunia seperti dilansir Straits Times, Minggu (07/11/2021), melintasi ambang batas kenaikan suhu rata-rata bumi sebesar 1,5 derajat celcius risikonya sangat besar, karena akan melepaskan efek perubahan iklim yang jauh lebih parah bagi manusia, satwa liar, dan ekosistem mahluk hidup. (Sumber: thefanatic)

Perbedaan antara kenaikan setinggi 1,5 derajat C dan 2 derajat C sangat penting untuk lautan bumi dan daerah beku.

"Pada (kenaikan) 1,5 derajat C, kemungkinan besar kita bisa mencegah sebagian besar lapisan es Greenland dan Antartika barat runtuh," kata ilmuwan iklim Michael Mann di Pennsylvania State University.

Itu akan membantu menahan kenaikan permukaan laut hingga beberapa meter pada akhir abad ini, walau masih merupakan perubahan besar yang akan mengikis garis pantai dan menggenangi beberapa negara pulau kecil dan kota-kota pesisir.

Tetapi bila suhu bumi kenaikannya melewati 2 derajat Celcius, lapisan es bisa runtuh, kata Profesor Mann, akibatnya permukaan laut naik hingga 10 meter, meskipun belum dipastikan seberapa cepat itu bisa terjadi.

Pemanasan setinggi 1,5 derajat C akan menghancurkan 70 persen terumbu karang tetapi pada kenaikan setinggi 2 derajat celcius, lebih dari 99 persen terumbu karang akan musnah.

Musnahnya terumbu karang akan menghancurkan habitat satwa laut dan komunitas yang bergantung pada terumbu karang untuk makanan dan mata pencaharian mereka.

Makanan, Hutan, Penyakit

Kenaikan suhu bumi setinggi 2 derajat celcius, dibandingkan dengan kenaikan 1,5 derajat celcius, juga akan menghansurkan produksi pangan.

"Jika Anda mengalami gagal panen di beberapa lumbung dunia pada saat yang bersamaan, maka Anda bisa melihat lonjakan harga pangan yang ekstrem, kelaparan dan busung lapar di seluruh dunia," kata ilmuwan iklim University College London, Simon Lewis.

Dunia yang lebih hangat bisa membuat nyamuk pembawa penyakit seperti malaria dan demam berdarah makin luas ruang hidup dan wilayah jangkauannya. Risikonya tentu jelas, akan lebih banyak serangan malaria dan demam berdarah.

Tapi kenaikan suhu setinggi 2 derajat celcius juga akan sebagian besar serangga dan satwa kehilangan sebagian besar jangkauan habitat mereka, dibandingkan dengan kenaikan setinggi 1,5 derajat celcius, serta meningkatkan risiko kebakaran hutan, yang merpakan risiko lain untuk satwa liar.

Baca Juga: Presiden Tanzania Kecam Negara Maju di COP26, Sebut Kilimanjaro Gundul gara-gara Krisis Iklim

Gletser langka Afrika di Kilimanjaro, Pegunungan Rwenzori, dan Gunung Kenya akan hilang dalam dua dekade mendatang karena perubahan iklim, demikian peringatan sebuah laporan baru yang diterbitkan pada Selasa, 19 Oktober 2021 (Sumber: AP Photo/Ben Curtis)

Titik Kritis

Saat dunia makin panas karena suhunya naik, risiko bahwa bumi akan mencapai "titik kritis" jelas makin meningkat, di mana sistem bumi melewati ambang batas kemampuan sehingga memicu dampak yang tidak dapat diubah dan itu akan terus bergulir.

Kapan tepatnya titik-titik itu akan tercapai tidak pasti.

Kekeringan, berkurangnya curah hujan, dan berlanjutnya perusakan Amazon melalui penggundulan hutan, misalnya, dapat membuat sistem hutan hujan runtuh, yang justru melepaskan CO2 ke atmosfer daripada menyimpannya.

Atau kenaikan suhu bumi yang menyebabkan permafrost Arktik mencair bisa menyebabkan biomassa yang telah lama membeku menjadi terurai, melepaskan sejumlah besar hal yang selama ini dipenjara oleh es abadi, di antaranya emisi karbon.

"Itulah mengapa sangat berisiko untuk terus mengeluarkan emisi dari bahan bakar fosil... karena kita meningkatkan kemungkinan kita sendiri melewati salah satu titik kritis itu," kata Profesor Lewis.

Lebih dari 2 Derajat Celcius

Sejauh ini, janji dan komitmen iklim yang diajukan negara-negara ke daftar janji PBB baru menghasilkan dunia di jalur kenaikan suhu bumi sebesar 2,7 derajat celcius. 

Badan Energi Internasional mengatakan, janji-janji baru yang diumumkan pada KTT Iklim PBB COP26, jika diterapkan dapat menahan pemanasan hingga di bawah 1,8 derajat C, meskipun beberapa ahli menentang perhitungan itu. Masih harus dilihat apakah janji-janji itu akan diterjemahkan ke dalam tindakan di dunia nyata.

Pemanasan bumi setinggi 2,7 derajat C akan menghasilkan panas yang tidak layak huni untuk sebagian tahun di seluruh wilayah tropis dan subtropis.

Keanekaragaman hayati akan sangat terlibas, ketahanan pangan akan anjlok dan cuaca ekstrem akan melebihi kapasitas sebagian besar infrastruktur perkotaan untuk mengatasinya, kata para ilmuwan.

"Jika kita dapat mempertahankan pemanasan di bawah 3 derajat celcius, kita mungkin tetap berada dalam kapasitas adaptif kita sebagai peradaban, tetapi pada pemanasan setinggi 2,7 derajat celcius, kita akan mengalami kesulitan maha besar," kata Profesor Mann.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Straits Times


TERBARU