KTT Iklim PBB atau COP26 Resmi Dibuka di Glasgow Skotlandia
Kompas dunia | 31 Oktober 2021, 19:53 WIBGLASGOW, KOMPAS.TV - KTT iklim PBB di Glasgow secara resmi dibuka. KTT ini akan memulai dua minggu perundingan diplomatik yang ketat dan sengit oleh hampir 200 negara tentang cara mengatasi tantangan bersama pemanasan global.
Seperti dilansir Associated Press, Minggu (31/10/2021), setelah palu pembukaan hari Minggu, para pejabat mulai membahas serangkaian masalah prosedural sebelum para pemimpin dari seluruh dunia berkumpul di Glasgow hari Senin, untuk memaparkan upaya negara mereka menahan emisi gas rumah kaca dan menangani dampak perubahan iklim.
Banyak isu yang dibahas selama 31 Oktober-12 November sudah menjadi agenda perundingan selama beberapa dekade, termasuk bagaimana negara-negara kaya dapat membantu negara-negara miskin mengatasi emisi dan beradaptasi dengan dunia yang lebih panas.
Lambatnya tindakan membuat marah banyak juru kampanye lingkungan, yang diperkirakan akan menggelar protes keras dan kreatif selama KTT.
Pada pertemuan kali ini, juru runding dari hampir 200 negara mencoba untuk mengatasi masalah yang masih menggantung sejak kesepakatan iklim Paris 2015, dan menemukan cara untuk meningkatkan upaya mereka untuk menjaga suhu global agar tidak naik lebih dari 1,5 derajat Celcius di akhir abad ini dibandingkan dengan masa praindustri.
Para ilmuwan mengatakan peluang untuk mencapai tujuan itu, yang disepakati di ibu kota Prancis enam tahun lalu, perlahan-lahan pupus.
Baca Juga: Serba-serbi KTT Iklim PBB: Apa Itu COP26, Inilah Fakta Kunci dan Penjelasannya
Suhu bumi meningkat sebanyak lebih dari 1,1 derajat Celcius, sementara suhu bumi berdasar proyeksi dan pengurangan emisi dekade-dekade berikutnya akan mencapai 2,7C pada tahun 2100.
Jumlah energi yang dilepaskan oleh pemanasan planet seperti itu akan mencairkan sebagian besar es di bumi, menaikkan permukaan laut dan sangat meningkatkan kemungkinan dan intensitas cuaca ekstrem, kata para ahli memperingatkan.
“Ada kemajuan selama beberapa tahun terakhir, tetapi saya akan mengatakan bahwa sebenarnya tugas yang kita miliki di sini dalam banyak hal lebih berat daripada Paris,” kata Alok Sharma, menteri pemerintah Inggris yang memimpin pembicaraan di Glasgow.
"Apa yang harus kami lakukan sejak (Kesepakatan Paris 2015) adalah menyetujui beberapa aturan terperinci, sementara beberapa aturan tersulit masih tetap menggantung setelah enam tahun, dan itu membuatnya sangat menantang," kata Alok Sharma kepada Sky News.
"Tentu saja, kita tahu bahwa geopolitik (saat ini) lebih sulit daripada saat (Kesepakatan) Paris," katanya, seraya menambahkan sudah waktunya bagi pemerintah untuk meninggalkan masa lalu.
“Apa yang kami butuhkan dari Glasgow adalah kesempatan untuk berkata dengan kredibilitas, ‘Kami telah menjaga 1,5 tetap hidup',” kata Sharma.
Baca Juga: Ibarat Ular Boa yang Meremuk Mangsanya, Ini Alasan COP26 Disebut sebagai Kesempatan Terakhir
Dia mencatat China, penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia, baru saja menaikkan target iklimnya.
"Tapi tentu saja kami mengharapkan lebih," kata Sharma kepada BBC.
Utusan iklim AS John Kerry minggu lalu memperingatkan dampak dramatis yang melebihi tujuan kesepakatan Paris 2015 terhadap alam dan manusia, tetapi menyatakan optimisme dunia sedang menuju ke arah yang benar.
Amerika Serikat saat ini merupakan pencemar terbesar kedua di dunia, meskipun secara historis bertanggung jawab atas jumlah karbon dioksida terbesar di atmosfer.
India, penghasil emisi terbesar ketiga di dunia, belum mengikuti China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa untuk menetapkan target waktu mencapai emisi 'nol bersih'.
Negosiator berharap Perdana Menteri India Narendra Modi akan mengumumkan tujuan seperti itu di Glasgow.
“Kami membutuhkan semua anggota G20 untuk maju. G20 mewakili 80% emisi global dan itulah mengapa setiap negara penting, tetapi G20 khususnya penting,” kata Sharma
Baca Juga: UNFCCC: Gagalnya KTT COP26 Glasgow akan Antar Dunia ke Kekacauan dan Konflik akibat Perubahan Iklim
Berbicara di Roma pada hari Minggu, Pangeran Charles dari Inggris mendesak para pemimpin dunia untuk mengindahkan “suara putus asa” dari kaum muda yang akan menanggung beban perubahan iklim.
Pewaris takhta Inggris itu menggambarkan pembicaraan di Glasgow sebagai "secara harfiah kesempatan terakhir" bagi Bumi.
Charles mengatakan kepada pertemuan para pemimpin Kelompok G20 di Roma, mereka memiliki “tanggung jawab yang luar biasa terhadap generasi yang belum lahir.”
“Mustahil untuk tidak mendengar suara putus asa dari anak-anak muda yang melihat Anda sebagai penjaga planet ini, memegang kelangsungan masa depan mereka di tangan Anda,” katanya.
Pada hari Senin, Pangeran Charles akan menyambut para pemimpin di COP26 di Glasgow. Ibunya yang berusia 95 tahun, Ratu Elizabeth II, dijadwalkan hadir tetapi dibatalkan karena tim dokternya menyarankan Ratu untuk beristirahat.
Hari pembukaan pembicaraan diharapkan fokus pada masalah prosedural. Satu kekhawatiran besar adalah tidak semua delegasi dapat bertemu secara langsung, karena kapasitas tempat dan ruangan terbatas terkait aturan Covid-19.
Presiden pertemuan yang akan mengakhiri masa jabatan, Carolina Schmidt dari Chili, memulai pembicaraan dengan meminta para pejabat untuk mengheningkan cipta selama satu menit bagi mereka yang meninggal karena pandemi virus corona sejak konferensi iklim PBB terakhir diadakan pada akhir 2019, tak lama sebelum wabah dimulai.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Associated Press