Hari Terakhir KTT G20 Bahas Krisis Iklim, Batubara Masih Jadi Perdebatan Sengit
Kompas dunia | 31 Oktober 2021, 18:13 WIBROMA, KOMPAS.TV - Para pemimpin dunia yang menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 akan menggelar majelis terakhir pada Minggu (31/10/2021) di Roma, Italia.
Hari terakhir KTT G20 akan digunakan untuk membahas antisipasi krisis iklim.
Pembahasan ini pun akan mengawali isu yang dibawa ke KTT PBB tentang krisis iklim (COP26) di Glasgow, Skotlandia segera setelah KTT G20.
Associated Press melaporkan, hari terakhir KTT G20 hendak mencari sikap bersama tentang cara mengurangi emisi karbon sekaligus bagaimana membantu negara miskin yang mesti menghadapi dampak naiknya suhu Bumi.
Negara-negara anggota G20 sendiri menyumbang tiga perempat dari keseluruhan emisi gas rumah kaca global.
Baca Juga: Aksi Protes Ribuan Aktivis Warnai KTT G20 di Roma
Apabila hari terakhir KTT G20 gagal mencapai sikap tegas, ini dapat berpengaruh dalam pembahasan COP26 yang dihadiri lebih banyak negara; termasuk negara-kepulauan di Samudera Pasifik yang terancam tenggelam akibat krisis iklim.
Energi batubara masih jadi perdebatan sengit
Masa depan penggunaan energi batubara masih menjadi halangan untuk mencapai sikap tegas mengenai krisis iklim di KTT G20.
Batubara merupakan salah satu sumber utama emisi gas rumah kaca.
Beberapa tahun belakangan, negara-negara dengan ekonomi besar memang sudah mulai meninggalkan dukungan terhadap pemanfaatan batubara untuk energi.
Negara-negara Barat telah berhenti mendanai pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga batubara. Kekuatan ekonomi utama Asia seperti Jepang, Korea Selatan, dan China pun melakukannya.
Akan tetapi, negara dengan konsumsi batubara yang besar, China dan India belum kunjung berkomitmen mengakhiri pemanfaatan energi batubara dalam waktu dekat.
Selain itu, tak terpenuhinya janji negara maju terkait pengembangan energi baru-terbarukan di negara berkembang juga disorot.
Negara-negara kaya di G20 sebelumnya berjanji akan menyuntikkan 100 miliar dolar AS per tahun untuk membantu negara berkembang mengembangkan energi baru-terbarukan. Namun, janji itu belum kunjung dipenuhi.
Baca Juga: Para Pemimpin G20 Sengit Rundingkan Rancangan Pernyataan Bersama soal Perubahan Iklim
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press