> >

Ibarat Ular Boa yang Meremuk Mangsanya, Ini Alasan COP26 Disebut sebagai Kesempatan Terakhir

Kompas dunia | 31 Oktober 2021, 07:05 WIB
Kepulan asap membumbung keluar dari pembangkit listrik tenaga batu bara di Niederaussem, Jerman, 24 Oktober 2021. Selama tiga dekade belakangan, perubahan iklim berubah pelan-pelan dari isu kelas ecek-ecek yang tak nyaman jadi masalah global yang mengancam jiwa. (Sumber: AP Photo/Michael Probst, File)

Jutaan orang tewas dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi akibat bencana yang dipicu oleh perubahan iklim.

Bagi Guterres, juga ratusan ilmuwan yang tergabung dalam Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim, skenario pemanasan 1,5 derajat Celsius adalah “satu-satunya masa depan layak huni bagi umat manusia”. 

Baca Juga: India Tuntut Kompensasi dan Pembayaran dari Negara Kaya atas Dampak Perubahan Iklim

Waktu terus bergulir, dan agar dapat memiliki peluang membatasi kenaikan suhu itu, dunia perlu dan harus mengurangi separuh emisi gas rumah kaca dalam delapan tahun ke depan. 

Ini tugas besar yang hanya dapat dilakukan jika para pemimpin yang menghadiri COP26, datang dengan rencana awal yang berani dan terikat waktu untuk menghapus batu bara secara bertahap dan mengubah ekonomi untuk mencapai apa yang disebut sebagai “bebas emisi karbon”.

Itulah alasan mengapa COP26 disebut sebagai kesempatan terakhir membalikkan keadaan dalam memerangi perubahan iklim demi masa depan umat manusia yang layak huni.

Penulis : Vyara Lestari Editor : Fadhilah

Sumber : UN News


TERBARU