> >

Perempuan Tua Yahudi Terakhir di Afghanistan Akhirnya Meninggalkan Negara Itu

Kompas dunia | 30 Oktober 2021, 13:32 WIB
Perempuan tua yang merupakan Yahudi terakhir di Afghanistan, Tova Moradi, akhirnya meninggalkan negara itu pada pekan lalu. (Sumber: AP Photo/Franc Zhurda)

GOLEM, KOMPAS.TV - Perempuan tua yang diketahui sebagai Yahudi terakhir di Afghanistan akhirnya resmi meninggalkan negara itu.

Sosok yang dimaksud adalah Tova Moradi, 83 tahun, sepupu jauh Zebulon Simentov, yang sebelumnya menegaskan dirinya adalah Yahudi terakhir di negara itu.

Moradi tinggal dan besar di Kabul, dan berada di sana hingga pekan lalu.

Takut akan keselamatannya dengan kembalinya Taliban memimpin Afghanistan, Moradi, anak-anaknya dan lebih dari dua lusin cucunya pergi dari negara itu.

Baca Juga: Arab Saudi dan Bahrain Usir Dubes Lebanon karena Sebut Perang Yaman adalah Hasil Agresi Saudi

Mereka berhasil melarikan diri pada sebuah operasi yang dilakukan grup bantuan Israel, aktivis dan filantropis terkemuka.

“Saya cinta negara saya, sangat mencintainya. Tetapi harus pergi karena anak-anak dalam bahaya,” kata Moradi kepada Associated Press.

Saat ini, ia telah berada di sebuah tempat pengungsian di Golem, Albania, yang menampung 2.000 pengungsi Afghanistan.

Moradi merupakan satu dari sepuluh anak dari pasangan Yahudi di Kabul.

Pada usia 16 tahun, ia kabur dari rumah untuk menikahi pria muslim.

Ia sendiri tak pernah berganti kepercayaan menjadi Islam, dan mempertahankan beberapa tradisi Yahudi.

Baca Juga: Pertemuan Taliban dengan Delegasi Asing Dikecam, Tak Ada Wakil Perempuan dan Disebut Pesta

Tetangganya pun tahu bahwa Moradi adalah seorang Yahudi.

“Ia tak pernah menghindari keyahudiannya. Ia menikah untuk menyelamatkan diri, karena seorang gadis muda tak akan selamat di Afghanistan,” kata Khorshid, putri Moradi, dari rumahnya di Kanada.

Meski keputusannya menikahi pria dari agama lain sempat menciptakan friksi, Moradi tetap berhubungan dengan beberapa anggota keluarganya.

Orang tua dan saudaranya meninggalkan Afghanistan pada 1960-an dan 1980-an.

Kedua orang tuanya dimakamkan di Yerusalem, dan banyak saudaranya dan keturunannya tinggal di Israel.

Ia mengungkapkan dirinya akhirnya bisa bertemu dan berbicara dengan saudarinya, setelah tak melakukannya selama lebih dari 50 tahun.

“Kemarin, saya berbicara dengan saudari dan keponakan setelah lebih dari 60 tahun melalui hubungan video. Kami berbicara selama beberapa jam,” ujar Moradi.

“Saya sangat bahagia. Saya bertemu anak mereka, mereka bertemu anak saya,” tambahnya.

Pada periode pertama Taliban, dari 1996 hingga 2001, Moradi berusaha untuk tak menonjol.

Tapi ia pernah membahayakan nyawanya dengan melindungi Rabbi Isak Levi, salah satu Yahudi Afghanistan terakhir yang tersisa, dari Taliban.

Baca Juga: Dituntut Usai Ejek Penyanyi dengan Disabiltas, Komedian Ini Bebas dengan Alasan Kebebasan Berbicara

Sebelumnya, selama bertahun-tahun Zebulon Simentov selalu menyebut dirinya sebagai Yahudi terakhir di Afghanistan.

Ia pun selalu meminta bayaran untuk wawancara dan melakukan peribadatan di satu-satunya Sinagog di Kabul.

Ia pun kabur dari Afghanistan ke Istanbul bulan lalu setelah Taliban kembali berkuasa,

Namun, kini jelas bahwa Movadi merupakan Yahudi terakhir di Afghanistan, yang akhirnya juga meninggalkan negara tersebut.

Penulis : Haryo Jati Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Associated Press


TERBARU