Ini Sejumlah Skandal yang Terungkap dalam Facebook Papers
Kompas dunia | 29 Oktober 2021, 23:50 WIBDokumen Facebook yang bocor menunjukkan bagaimana unggahan media sosial mantan Presiden AS Donald Trump menyulut lebih banyak kemarahan di negeri Paman Sam. Kemarahan itu ditunjukkan lewat kebencian dan kekerasan yang membanjiri platform itu.
Kontrol internal dan otomatis Facebook dimaksudkan untuk menangkap unggahan yang melanggar aturan, mampu memprediksi dengan 90 persen akurasi bahwa pesan Trump telah melanggar aturan menyulut kekerasan perusahaan teknologi itu.
Tetapi, Facebook tak segera mengambil tindakan atas pesan kebencian Trump.
Baca Juga: Apple Pernah Ancam Hapus Facebook dan Instagram karena Jual Beli Pembantu di Timur Tengah
Dan keesokan harinya, aksi protes – beberapa di antaranya berubah menjadi kerusuhan – melanda hampir seluruh kota besar dan kecil di seantero AS.
“Saat orang-orang merenungi peran yang dimainkan Facebook, mereka tak akan bilang bahwa Facebook penyebabnya, tapi Facebook jelas menjadi megaphone-nya,” ujar Lanier Holt, seorang profesor komunikasi di Ohio State University.
Informasi tentang Vaksin yang Menyesatkan
Pada Maret, klaim menyesatkan tentang bahaya dan tidak efektifnya vaksin Covid-19 menyebar di media sosial, hingga menghambat upaya meredam penyebaran virus. Sejumlah karyawan Facebook berpendapat telah menemukan cara untuk membantu menangani masalah ini.
Dengan mengubah ranking unggahan tentang vaksin di lini masa pengguna, para peneliti perusahaan raksasa itu menyadari, mereka sebenarnya dapat membatasi informasi menyesatkan tentang vaksin Covid-19 yang dilihat pengguna. Mereka juga dapat menawarkan unggahan dari sumber terpercaya macam organisasi kesehatan dunia WHO.
Baca Juga: Percobaan Mengejutkan Pegawai Facebook di India: Algoritma Tuntun Pengguna kepada Konten Menghasut
“Berdasarkan hasil penelitian ini, saya memperkirakan, kami akan melakukan aksi ini sesegera mungkin,” tulis seorang karyawan Facebook saat menanggapi memo internal tentang penelitian itu.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Facebook justru mengesampingkan sejumlah saran dari penelitian itu.
Sejumlah perubahan tak dibuat Facebook hingga April.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press