Aksi Protes Jelang KTT Perubahan Iklim Dilakukan di Depan Bank di Inggris, Ternyata Ini Sebabnya
Kompas dunia | 29 Oktober 2021, 20:14 WIBLONDON, KOMPAS.TV – Jelang KTT Perubahan Iklim PBB di Glasgow, Skotlandia, ribuan pengunjuk rasa dijadwalkan menggelar aksi protes di distrik keuangan di jantung kota London, Inggris, Jumat (29/10/2021). Para pengunjuk rasa memprotes penggunaan bahan bakar fosil.
Melansir Associated Press, para pengunjuk rasa akan memulai aksi di Climate Justice Memorial di luar pasar asuransi Llyod’s di London.
Aksi itu digelar di distrik keuangan, karena para pengunjuk rasa memprotes agar sistem keuangan dunia berhenti berinvestasi dalam penggunaan bahan bakar fosil.
Bank internasional Standard Chartered akan menjadi fokus utama pada Jumat sore waktu setempat, pun Bank of England.
Aksi protes juga rencananya digelar di sejumlah bank Inggris seperti Lloyds dan Barclays.
Menurut para aktivis, bank-bank bertanggung jawab mendanai aktivitas yang dituding sebagai penyebab hancurnya rumah mereka, Bumi.
Baca Juga: Bagi Petani Melarat Afghanistan, Dampak Perubahan Iklim Lebih Mengerikan daripada Perang
Aktivis Swedia Greta Thunberg direncanakan bergabung dalam aksi protes yang merupakan bagian aksi protes di seluruh dunia jelang pertemuan para pemimpin di Glasgow itu.
Banyak para aktivis lingkungan menyebut, KTT yang dijuluki COP26 itu merupakan kesempatan terakhir dunia untuk mengubah arah peperangan terhadap perubahan iklim.
Di seluruh dunia, para aktivis juga turun ke jalan dan menyerukan aksi serupa, termasuk di Polandia, negara yang bergantung pada batu bara.
Pemerintah Polandia dituding lambat dalam menerapkan kebijakan penggunaan bahan bakar nonfosil.
Pemerintah Polandia berdalih, negara itu masih butuh waktu untuk melepas ketergantungan pada batu bara dan menuju sumber daya yang dapat diperbarui.
Baca Juga: India Tuntut Kompensasi dan Pembayaran dari Negara Kaya atas Dampak Perubahan Iklim
KTT Glasgow digelar terlambat setahun lantaran pandemi Covid-19.
Enam tahun lalu di Paris, hampir 200 negara sepakat untuk melakukan rencana individu untuk memerangi pemanasan global.
Di bawah Perjanjian Paris, negara-negara mesti kembali meninjau sumpah mereka untuk mengurangi polusi karbon setiap 5 tahun sekali, dan lalu mengumumkan rencana untuk memangkas polusi lebih banyak dan lebih cepat.
Harapannya, para pemimpin dunia akan saling memicu satu sama lain untuk saling berbuat lebih banyak, sembari memastikan negara miskin yang turut berjuang menangani perubahan iklim, mendapat dukungan finansial yang mereka butuhkan.
Ketika itu, Perjanjian Paris bercita-cita membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius sejak masa pra-industri.
Sejak era itu, dunia telah memanas hingga 1,1 derajat Celsius.
Baca Juga: UNFCCC: Gagalnya KTT COP26 Glasgow akan Antar Dunia ke Kekacauan dan Konflik akibat Perubahan Iklim
Penulis : Vyara Lestari Editor : Gading-Persada
Sumber : Associated Press