> >

Macron Kutuk Pembantaian Warga Aljazair di Paris 1961, Presiden Prancis Pertama yang Mengakuinya

Kompas dunia | 17 Oktober 2021, 13:05 WIB
Presiden Prancis, Emmanuel Macron saat hadir dalam peringatan pembantaian warga Aljazair yang melakukan demonstrasi pada 17 Oktober 1961 di samping sungai Seine, Paris, Minggu (17/10/2021). (Sumber: AP Photo/Rafael Yaghobzadeh, Pool)

Kantor Presiden Prancis mengeluarkan pernyataan bahwa tragedi 1961 merupakan sebuah tekanan yang brutal, kejam, dan penuh darah.

Mereka menambahkan sekitar 12.000 warga Aljazair ditangkap dan banyak yang terluka dan terbunuh.

Meski Macron telah memberi pengakuan, para aktivis kecewa karena mereka mengharapkan pengakuan tanggung jawab yang lebih besar.

Baca Juga: Taliban Berjanji Perkuat Penjagaan di Masjid Usai ISIS Serang Tempat Ibadah dengan Bom Bunuh Diri

Macron hanya memberikan permintaan maaf singkat dan tak memberikan pidato di depan publik.

Kebanyakan pernyataan yang muncul merupakan pernyataan tertulis dari Kantor Kepresidenan.

Menurut Mimouna Hadjam, dari Asosiasi Anti-Rasisme Afri93, pernyataan Macron merupakan peningkatan tapi tak lengkap.

“Kami menginginkan lebih. Papon tak bergerak sendiri. Banyak yang disiksa, dibantai di jantung Kota Paris, dan lebel atas mengetahuinya,” ujar Hadjam.

Ia pun menambahkan ingin agar insiden tersebut diakui sebagai kejahatan negara.

Penulis : Haryo Jati Editor : Fadhilah

Sumber : BBC


TERBARU