Yordania Kini Bela Suriah Usai Presiden Suriah Bashar al-Assad Telepon Raja Yordania Abullah II
Kompas dunia | 4 Oktober 2021, 03:05 WIBAMMAN, KOMPAS.TV - Raja Yordania Abdullah II dan Presiden Suriah Bashar Assad telah membahas hubungan untuk pertama kalinya sejak perang Suriah dimulai pada 2011.
Dalam sebuah pernyataan singkat pada hari Minggu, (03/10/2021) Raja Abdullah menerima panggilan telepon dari Assad di mana kedua pemimpin “membahas hubungan antara kedua negara persaudaraan dan cara-cara untuk meningkatkan kerja sama.”
Dalam pembicaraan telepon itu, Raja Abdullah II kini menyuarakan dukungan Yordania untuk upaya menjaga kedaulatan, persatuan teritorial, dan keamanan Suriah.
Pembicaraan tersebut adalah yang pertama sejak meletusnya konflik Suriah, ketika Yordania ambil posisi melawan rezim Assad bersama dengan pemain regional lainnya.
Selama wawancara dengan BBC pada November 2011, tujuh bulan setelah pemberontakan dimulai, Raja Abdullah meminta Assad untuk mundur demi kepentingan negaranya.
Yordania, yang merupakan rumah bagi sekitar 650.000 pengungsi Suriah, baru-baru ini mulai meningkatkan hubungan dengan Suriah.
Delegasi tingkat tinggi dari kedua negara mengadakan pertemuan rutin selama beberapa minggu terakhir tentang cara-cara untuk meningkatkan hubungan bilateral.
Baca Juga: Vladimir Putin Temui Bashar al-Assad, Bahas Situasi Suriah hingga Kerja Sama Kemanusiaan
Menteri Pertahanan Suriah Ali Ayoub, yang juga panglima militer, baru-baru ini bertemu di Amman dengan Kepala Staf Yordania Jenderal Yousef Huneiti.
Yordania juga membuka kembali perbatasan Jaber-Nasib dengan Suriah pekan lalu setelah ditutup hampir dua bulan karena pertempuran di provinsi selatan Suriah, Daraa.
Mantan Menteri Media Samih Maaitah menjelaskan Yordania telah mempertahankan pendekatan “pragmatis” sejak awal konflik Suriah, mendukung solusi politik yang komprehensif setelah lebih dari 10 tahun perang di tetangga utara mereka.
“Yordania selalu khawatir tentang Suriah yang runtuh ke dalam kekacauan karena ini akan menjadi bencana,” kata Maaitah.
“Itu adalah formula yang dipertahankan Yordania di Suriah tetapi kenyataan baru di Suriah, terutama kemenangan militer dan politik rezim Assad, mengharuskan Yordania untuk mengubah arah dan lebih dekat dengan rezim dan tentara Suriah.”
Dalam sambutan sebelumnya kepada Arab News, analis politik Khaled Qudah mengatakan, “Suriah yang bersatu dan stabil terletak di jantung kepentingan Yordania yang lebih tinggi.”
“Tujuan strategis Amman adalah membawa Damaskus kembali ke dunia Arab. . . Yordania menginginkan Suriah sebagai teman dan bukan musuh,” tutur analis politik itu.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV/Arab News