Perusahaan Farmasi AS Klaim Obat Covid-19 Molnupiravir Pangkas 50 Persen Pasien yang Harus Dirawat
Kompas dunia | 2 Oktober 2021, 04:30 WIBKhasiat obat tersebut dikatakan tahan terhadap varian yang menjadi perhatian, termasuk Delta, dan obat tersebut diklaim memiliki profil keamanan yang baik.
Hasilnya cukup meyakinkan sehingga komite pemantau data independen dalam konsultasi dengan FDA memutuskan untuk menghentikan uji coba lebih awal, yang menunjukkan mereka merasa tidak etis untuk melanjutkan dengan kelompok plasebo.
Merck mengatakan pihaknya berencana untuk mengajukan aplikasi untuk Izin Penggunaan Darurat (EU) ke FDA sesegera mungkin berdasarkan temuan ini dan berencana untuk mengajukan aplikasi pemasaran ke badan pengatur lain di seluruh dunia.
Tanggapan dari komunitas medis tampak positif, dengan beberapa catatan kehati-hatian.
"Ini bukan pengganti vaksinasi. Ini bukan obat ajaib tapi alat pendamping," cuit Peter Hotez, dekan Rumah Sakit Anak Texas.
Hotez juga mengingatkan jika obat tersebut digunakan secara sembarangan, masyarakat dapat mengembangkan resistensi terhadap obat tersebut.
"Jika ini digunakan tanpa pandang bulu, ini bisa menjadi masalah dengan obat antivirus."
Para ahli juga mengatakan sangat penting untuk memberikan obat lebih awal. Karena tidak selalu jelas siapa yang berisiko terkena penyakit parah, itu akan memiliki dampak terbesar jika cukup murah untuk didistribusikan secara luas.
Baca Juga: Virolog Prediksi Gelombang Ketiga Covid-19 di Awal 2022
Molnupiravir termasuk dalam kelas obat antivirus yang disebut "inhibitor polimerase", yang bekerja dengan menargetkan enzim yang dibutuhkan virus untuk menyalin materi genetiknya, dan memperkenalkan mutasi yang membuat virus tidak dapat bereplikasi.
Obat-obatan semacam itu diharapkan lebih tahan terhadap varian baru daripada perawatan antibodi monoklonal, yang menargetkan protein permukaan virus yang terus berkembang.
Awalnya, tim peneliti Emory University mengembangkan obat ini sebagai penghambat influenza dan virus pernapasan syncytial, dua infeksi pernapasan akut penting lainnya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : France24/AFP