> >

Usai Kehilangan Kontrak Kapal Selam Australia, Prancis Jual Kapal Perang ke Yunani

Kompas dunia | 28 September 2021, 19:24 WIB
Yunani beli tiga fregat canggih dari Prancis kelas Belharra dengan persenjataan terbaru, seperti disepakati PM Yunani dan Presiden Prancis hari Selasa (28/9/2021). (Sumber: Greek City Times)

PARIS, KOMPAS.TV - Yunani menyatakan akan membeli tiga fregat tempur dari Prancis sebagai bagian dari "kemitraan strategis" yang lebih dalam antara kedua negara untuk mempertahankan kepentingan bersama mereka di Mediterania, kata Presiden Prancis Emmanuel Macron hari Selasa (28/09/2021) seperti dilansir France24.

Kesepakatan itu menandai "langkah pertama yang berani menuju otonomi strategis Eropa", kata Macron pada upacara penandatanganan dengan Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis di Istana Elysee di Paris.

Dia menyebut keputusan Athena untuk membeli kapal Belharra sebagai "tanda kepercayaan" kepada industri pertahanan Prancis, melawan persaingan sengit mereka, terutama dari kubu Amerika Serikat yang dipimpin Lockheed Martin, menurut laporan pers hari Selasa.

Kesepakatan itu juga mengirimkan sinyal dari Paris setelah kehilangan kontrak multimiliar euro untuk kapal selam dengan Australia, yang mengumumkan akan menandatangani kesepakatan untuk kapal selam bertenaga nuklir dari AS.

Macron telah lama bersikeras, Eropa perlu mengembangkan kemampuan pertahanannya sendiri dan tidak lagi terlalu bergantung pada Amerika Serikat.

"Hari ini adalah hari bersejarah bagi Yunani dan Prancis. Kami telah memutuskan untuk meningkatkan kerja sama pertahanan bilateral kami," kata Mitsotakis.

Dia mengatakan perjanjian itu melibatkan upaya "saling mendukung" dan "tindakan bersama di semua tingkatan," meskipun tidak ada rincian keuangan dari kontrak yang diberikan.

Baca Juga: Presiden Prancis Emmanuel Macron Dilempar Telur Saat Berkunjung ke Pameran Restoran dan Makanan

PM Yunani (kiri) dan Presiden Prancis (kanan) usai penandatanganan pembelian tiga fregat kelas Belharra tercanggih hari Selasa, 28 September 2021 (Sumber: France 24 via AFP)

PM Yunani Mitsotakis menambahkan, kesepakatan Prancis tidak akan memengaruhi perjanjian kerjasama pertahanan yang sedang dibahas antara Yunani dan AS, meskipun ketegangan dipicu antara Uni Eropa dan Washington setelah sengketa kapal selam Australia.

Perjanjian itu "tidak bertentangan" dengan hubungan Yunani-AS, katanya, mengutip bagaimana "Prancis mendukung kami selama masa-masa sulit di musim panas 2020", mengacu pada tantangan Turki atas hak teritorial Yunani di Laut Aegea.

Macron juga bersumpah pakta AS-Australia tidak akan berdampak pada strategi Prancis untuk kawasan Indo-Pasifik, di mana China tidak merahasiakan keinginannya untuk memperluas pengaruh militer mereka secara signifikan.

"Kami memiliki satu juta warga yang tinggal di wilayah ini, dan lebih dari 8.000 tentara dikerahkan di sana," kata Macron, merujuk pada kehadiran Prancis melalui beberapa wilayah luar negeri di wilayah tersebut.

Dia menambahkan, bagaimanapun, "Eropa harus berhenti bersikap naif" mengenai kompetisi geopolitik, sambil mengonfirmasi bahwa duta besar Prancis untuk Washington, yang dipanggil pulang setelah krisis kapal selam, akan kembali pada hari Rabu, (29/09/2021).

Macron menambahkan, penjualan fregat kepada Yunani tidak dimaksudkan sebagai ancaman terhadap Turki yang selama ini berselisih dengan Yunani, tetapi sarana untuk bersama-sama memastikan keamanan di Mediterania serta di Afrika Utara, Timur Tengah, dan Balkan.

Yunani dan Prancis membuat Turki murka bulan Januari, saat mereka menandatangani kesepakatan 2,5 miliar euro untuk pembelian 18 jet tempur Rafale, 12 bekas dan enam baru, sebagai bagian dari program senjata untuk menandingi ambisi Turki.

Baca Juga: PM Australia Tak Menyesal Batalkan Perjanjian Kapal Selam dengan Prancis: Demi Kepentingan Negara

Fregat tempur kelas Belharra yang dibeli Yunani akan dilengkapi berbagai senjata ofensif dan defensif tercanggih yang dimiliki Prancis saat ini (Sumber: France 24 via AFP)

Awal bulan ini, Mitsotakis mengejutkan banyak pengamat dengan rencana untuk membeli enam jet Rafale tambahan, sehingga total pesanan menjadi 24. "Itu tidak ditujukan kepada siapa pun," kata Macron.

"Ini memungkinkan tindakan yang lebih efisien dan terkoordinasi untuk perdamaian, kerja sama dan stabilitas, dalam tatanan internasional yang didirikan di atas supremasi hukum dan penghormatan penuh terhadap komitmen."

Panjang keseluruhan dan lebar fregat kelas Belharra ini adalah 122 meter dan 17,7 meter dengan berat 4.500 ton.

Fregat tempur ini diawaki 150 personel, termasuk 110 awak kapal dan 15 awak detasemen helikopter.

Fregat kelas Belharra menggabungkan teknologi digital untuk pemrosesan data dan deteksi ancaman serta dipersenjatai dengan berbagai persenjataan anti-pesawat dan anti-kapal selam untuk menyerang pesawat dan kapal selam.

Kanon Oto Melara 76mm atau 127mm akan dipasang di dek haluan untuk menyasar pesawat musuh, kapal selam, rudal, dan ancaman berbasis darat.

Pertahanan terhadap ancaman pesisir dan daratan pesisir akan disediakan oleh delapan sistem senjata segala cuaca Exocet MM40 Block 3.

Fregat kelas Belharra juga akan dilengkapi dengan dua sistem peluncuran vertikal delapan tabung A-50 tipe Sylver untuk rudal permukaan-ke-udara Aster 15 di haluan, dua kanon jarak jauh kaliber 20mm di bagian belakang, sistem tabung 2x2 torpedo jenis MU90, dan sistem peluncuran umpan rudal anti-kapal.

Fregat ini juga akan dilengkapi dengan peralatan navigasi dan komunikasi yang diproduksi oleh Thales termasuk radar antena fixed-array aktif multi-fungsi Sea Fire 500, sonar Kingklip Mark II yang dipasang di lambung, sistem komunikasi angkatan laut terintegrasi Aquilon, radar dan langkah-langkah dukungan elektronik komunikasi untuk peperangan elektronik, jammers, dan versi kompak dari gabungan aktif- sonar array derek pasif (CAPTAS-4).

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/France24/Straits Times


TERBARU