> >

Tuh Kan, Taliban Larang Siswi Sekolah Menengah Afghanistan Kembali Bersekolah

Kompas dunia | 18 September 2021, 21:59 WIB
Siswi remaja perempuan di sebuah sekolah di Kabul awal September. Mulai hari Sabtu, 18 September 2021, Taliban melarang remaja perempuan siswi sekolah menengah Afghanistan kembali bersekolah. (Sumber: The Straits Times via AFP)

Baca Juga: Dinilai Singkirkan Perempuan dari Ruang Publik, PBB Desak Taliban Hormati Hak Perempuan Afghanistan

Perempuan Afghanistan diperbolehkan bersekolah, namun harus terpisah dari pria. (Sumber: AP Photo/Felipe Dana)

Sekolah dasar telah kembali beroperasi, dengan anak laki-laki dan perempuan kebanyakan duduk di kelas terpisah dan beberapa guru perempuan kembali bekerja.

Rezim baru Taliban juga mengizinkan perempuan untuk kuliah di universitas swasta, meskipun dengan pembatasan ketat pada pakaian dan pergerakan mereka.

Taliban juga dilaporkan menutup kementerian urusan perempuan pemerintah dan menggantinya dengan departemen yang terkenal karena menegakkan doktrin agama yang ketat selama pemerintahan pertamanya. Ini merupakan pertanda buruk mengerasnya kebijakan Taliban terhadap kaum perempuan.

Di Kabul pada Jumat (17/9/2021), para pekerja terlihat memasang tanda untuk Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan di gedung lama Kementerian Urusan Perempuan di ibukota Kabul.

Video yang diunggah ke media sosial memperlihatkan pekerja perempuan dari kementerian melakukan protes di luar setelah kehilangan pekerjaan.

Sejauh ini, belum ada komentar dari pejabat Taliban.

Meski masih terpinggirkan, perempuan Afghanistan berjuang untuk dan mendapatkan hak-hak dasar selama 20 tahun terakhir, menjadi anggota parlemen, hakim, pilot dan polisi.

Ratusan ribu perempuan telah memasuki dunia kerja. Ini merupakan suatu keharusan. Lantaran, dalam beberapa kasus, banyak perempuan menjadi janda dan kini harus menghidupi keluarga karena suami mereka cacat akibat konflik selama beberapa dekade belakangan.

Taliban dilaporkan menunjukkan sedikit kecenderungan untuk menghormati hak-hak perempuan. Ini terlihat dari tidak adanya perempuan yang dimasukkan dalam pemerintahan dan banyak yang dihentikan untuk kembali bekerja.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : The Straits Times/AFP


TERBARU