Taliban Keluarkan Dekrit Pertama : Larangan Demonstrasi Tanpa Izin
Kompas dunia | 9 September 2021, 13:25 WIBKABUL, KOMPAS.TV — Taliban melarang pengumpulan massa untuk demonstrasi tanpa izin dan penggunaan slogan untuk menentang pemerintahannya.
Dekrit pertama yang dikeluarkan Kementerian Dalam Negeri yang baru dibentuk dan dipimpin oleh Sirajuddin Haqqani, Taliban memperingatkan lawannya agar memperoleh izin sebelum unjuk rasa. Apabila prosedur tidak dilakukan, Taliban menyiapkan konsekuensi hukuman yang berat.
Baca Juga: Taliban Larang Perempuan Afghanistan Jadi Atlet Kriket
Seperti dikutip dari The Guardian, larangan resmi itu dinyatakan pada Rabu (8/9/2021), karena semakin maraknya protes yang terkadang diikuti dengan kekerasan, sejak Taliban kembali berkuasa.
Di ibu kota Kabul, unjuk rasa kecil dengan cepat dibubarkan oleh petugas keamanan bersenjata Taliban, sementara media Afghanistan melaporkan protes di kota Faizabad juga dibubarkan. Sedangkan dalam protes pada hari Selasa di Kabul dan Herat, dua orang demonstran ditembak mati.
Hal ini semakin memperkuat anggapan bahwa pemerintahan baru Afghanistan semakin menjauh dari janji moderasi dan inklusivitas yang sebelumnya mereka dengung-dengungkan.
Indikasi lain dari semakin gelapnya situasi hak asasi manusia di Afghanistan adalah dilarangnya perempuan di Afghanistan untuk bermain kriket.
Tokoh senior Taliban mengatakan pada hari Rabu bahwa wanita Afghanistan, termasuk tim kriket wanita negara tersebut, akan dilarang berolahraga.
Baca Juga: Presiden Ghani Minta Maaf Pada Rakyat Afghanistan, Akhirnya Beri Penjelasan Alasan Kabur ke LN
“Dalam kriket, mereka mungkin menghadapi situasi di mana wajah dan tubuh mereka tidak tertutup. Islam tidak mengizinkan wanita terlihat seperti ini," kata Ahmadullah Wasiq, wakil kepala komisi kebudayaan Taliban, seperti dikutip dari SBS TV Australia.
“Ini adalah era media, dan akan ada foto dan video, dan kemudian orang-orang menontonnya. Islam tidak mengizinkan wanita untuk bermain kriket atau bermain jenis olahraga di mana mereka diekspos,” tambahnya.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Iman-Firdaus
Sumber : The Guardian