India Jerat Keluarga Pemimpin Perlawanan Kashmir dengan UU Anti-teror
Kompas dunia | 5 September 2021, 16:51 WIBSRINAGAR, KOMPAS.TV – Kepolisian di wilayah Kashmir yang dikontrol India menjerat sejumlah anggota keluarga mendiang pemimpin perlawanan, Syed Ali Geelani, dengan Undang Undang (UU) Anti-teror.
Mereka dituding melanggar UU tersebut karena melontarkan slogan anti-India dan menyelimuti jenazah Geelani dengan bendera Pakistan.
Pihak kepolisian pada hari ini, Minggu (5/9/2021), mengatakan sejumlah anggota keluarga Geelani dan beberapa orang lainnya dituntut dengan Undang-Undang (Pencegahan) Aktivitas Terlarang. Namun mereka belum ditahan.
Pada UU Anti-teror yang diamandemen pada 2019 lalu itu memang mengizinkan pemerintah menetapkan seorang individu sebagai teroris.
Kepolisian dapat menahan seseorang selama enam bulan tanpa bukti, dan tertuduh dapat dijatuhi hukuman penjara hingga tujuh tahun.
Para pembela hak asasi manusia (HAM) menyebut UU tersebut sebagai UU yang ekstrem.
Baca Juga: Taliban Sinyalkan Ancaman ke India: Kami akan Keraskan Suara untuk Muslim Kashmir
Geelani yang wafat pada Rabu (1/9/2021) di usia 91 tahun, merupakan simbol perlawanan Kashmir terhadap New Delhi dan telah berada di bawah tahanan rumah selama bertahun-tahun.
Putra Geelani, Naseem, mengatakan pihak otoritas India mengubur jenazah Geelani di sebuah pemakaman umum tanpa kehadiran anggota keluarga.
Sebelumnya, polisi dilaporkan mengambil paksa jenazah dari rumah keluarga Geelani. Polisi membantah dan menyebut tuduhan tersebut “tidak berdasar.”
Namun sebuah video yang beredar di media sosial memperlihatkan sejumlah orang yang diyakini sebagai anggota keluarga Geelani yang sebagian besar perempuan, berusaha mencegah polisi bersenjata untuk masuk ke ruangan tempat jenazah yang diselimuti bendera Pakistan, berada.
Video tersebut juga menunjukkan, setelah merebut jenazah, polisi mengunci keluarga dan kerabat Geelani di dalam ruangan tersebut.
Baca Juga: Penuhi Undangan Taliban, Kepala Badan Intelijen Pakistan Tiba di Kabul
Kashmir menjadi rebutan antara India dan Pakistan yang masing-masing menguasai sebagian wilayah tersebut, namun mengklaim memilikinya sepenuhnya.
Geelani memimpin pergerakan Kashmir untuk menentukan nasib sendiri dan mendukung bergabungnya wilayah tersebut dengan Pakistan.
Pemberontak telah mengobarkan perlawanan terhadap India sejak 1989. Kashmir menjadi salah satu wilayah paling termiliterisasi di dunia.
Puluhan ribu warga sipil, pemberontak, dan pasukan pemerintah telah terbunuh dalam konflik berkepanjangan itu.
Sementara itu, pada Minggu, pihak berwenang melonggarkan sebagian pembatasan yang diterapkan menyusul meninggalnya Geelani.
Beberapa kendaraan mulai terlihat di jalanan, dan pedagang membuka dagangannya di beberapa bagian Srinagar.
Sinyal telepon selular sudah kembali tersedia sejak Jumat (3/9/2021). Namun, pemadaman jaringan internet dan pembatasan pergerakan manusia masih berlaku di sebagian besar wilayah Lembah Kashmir.
Baca Juga: Pakistan Desak Upaya Internasional untuk Bantu Afghanistan
Penulis : Edy A. Putra Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV/Associated Press