Kisah Haru Pengungsi yang Kabur dari Afghanistan, Beruntung karena Bekerja di Bandara Kabul
Kompas dunia | 3 September 2021, 06:50 WIBSALT LAKE CITY, KOMPAS.TV – Azim Kakaie adalah seorang warga Afghanistan dari etnis minoritas Hazara.
Sebagai bagian dari etnis minoritas, dia tidak memiliki akses ke pendidikan tinggi di Afghanistan.
Ia memiliki kecintaan pada dunia penerbangan, karena itulah dia bekerja sebagai penjaga kontrol lalu lintas di Bandara Kabul.
Azim Kakaie sedang bekerja di bandara saat terjadi pengambilalihan kekuasaan secara cepat oleh Taliban dua pekan lalu.
Dia kemudian langsung naik pesawat evakuasi yang membawanya ke Amerika Serikat (AS).
Minggu ini ia menjadi pengungsi Afghanistan pertama yang tiba di Utah sejak penarikan pasukan AS.
“Saya harus meninggalkan semua yang telah saya lakukan dalam 34 tahun hidup saya. Saya mulai lagi dari nol,” katanya seperti dikutip dari The Associated Press.
Baca Juga: Qatar dan Turki Turun Tangan Untuk Operasikan Kembali Bandara Kabul Afghanistan
Kakaie bisa naik pesawat dengan cepat karena posisinya sudah berada di bandara. Namun keluarganya harus berjuang agar bisa meninggalkan negara tersebut.
Istrinya harus mencoba selama berhari-hari, dan menahan pukulan dari pejuang Taliban di pos pemeriksaan yang mencoba menghalanginya dari bandara.
Akhirnya pada hari keempat, istri Kakaie bersama dua kerabat lainnya berhasil menumpang di pesawat evakuasi, hanya 30 menit sebelum bom bunuh diri terjadi di Bandara Kabul dan menewaskan lebih dari 160 warga Afghanistan dan 13 tentara AS.
“Pahlawan muda Amerika itu,” katanya.
“Mereka akan ada di hati saya selama sisa hidup saya,” ujar Kakaie.
Meskipun istrinya berhasil melarikan diri dari Afghanistan, namun mereka masih terpisah.
Istri Kakaie kini berada di Jerman, bersama dengan ibu dan saudara laki-lakinya. Keluarga ini berharap dapat berkumpul di Salt Lake City.
Kakaie mendarat di Utah pada Rabu (1/9/2021). Pegunungan dan iklim gurun di Utah mengingatkannya pada kampung halaman.
Dia berharap dapat membangun kembali kehidupannya di AS dengan mencari pekerjaan. Namun ia masih mengkhawatirkan ibu kandungnya yang masih berada di Afghanistan.
Baca Juga: Pembicaraan Telepon Joe Biden dan Ashraf Ghani sebelum Afghanistan Direbut Taliban Bocor, Ini Isinya
“Saya sangat khawatir. Saya tidak bisa mengatakan ketika saya sendirian, betapa saya menangis. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Saya berada di bawah tekanan," katanya.
AS dan mitra koalisinya telah mengevakuasi lebih dari 100.000 orang dari Afghanistan sejak pengangkutan udara dimulai 14 Agustus.
Evakuasi ini juga membawa warga Afghanistan yang membantu AS selama perang 20 tahun tersebut.
Saat ini, sekitar 200 pengungsi Afghanistan dimukimkan kembali di Utah, di mana sudah ada komunitas Afghanistan sebanyak beberapa ribu orang di negara bagian tersebut.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV/The Associated Press