> >

Makin Darurat, Menhan AS Aktifkan Armada Udara Cadangan untuk Evakuasi Warga dari Kabul

Kompas dunia | 22 Agustus 2021, 23:14 WIB
Amerika Serikat pada hari Minggu (22/08/2021) meminta beberapa maskapai penerbangan sipil negaranya mengirimkan pesawat untuk mengevakuasi puluhan ribu warga dari Kabul, Afghanistan (Sumber: Olivier Douliery/France24 via AFP)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat pada hari Minggu (22/08/2021) meminta beberapa maskapai penerbangan sipil negaranya mengirimkan pesawat untuk mengevakuasi puluhan ribu warga Afghanistan, Amerika Serikat, dan orang asing lainnya dari Kabul.

Keputusan ini dibuat setelah ibu kota Afghanistan, Kabul, jatuh dengan cepat ke tangan kelompok Taliban, seperti dilansir France24, Minggu, (22/08/2021). 

Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengaktifkan Civil Reserve Air Fleet  atau Armada Udara Cadangan Sipil (CRAF) yang jarang diaktifkan untuk membantu pergerakan orang-orang yang tiba di pangkalan AS di Timur Tengah, kata Pentagon.

CRAF sendiri hanya diaktifkan dua kali. Pertama untuk menerbangkan pasukan Amerika Serikat dalam Perang Teluk 1990-1991, dan sekali lagi pada 2002-2003 untuk invasi Amerika Serikat ke Irak.

"Kami akan mencoba yang terbaik untuk mengeluarkan semua orang, termasuk setiap warga negara Amerika yang ingin keluar, untuk keluar (dari Afghanistan)," kata Austin dalam wawancara ABC tentang misi evakuasi, menambahkan bahwa hal yang sama berlaku untuk sekutu Afghanistan Amerika.

Delapan belas pesawat sipil itu berasal dari maskapai American Airlines, Atlas, Delta, Omni, Hawaii dan United, akan membantu lusinan pesawat transportasi militer.

Namun pesawat-pesawat sipil itu tidak akan masuk dan keluar dari Kabul. Mereka akan mengangkut orang dari pangkalan Amerika Serikat di Qatar, Bahrain dan Uni Emirat Arab ke negara-negara Eropa dan sebagian besar ke Amerika Serikat.

Dengan ribuan tentara Amerika Serikat berusaha mengamankan Bandara Kabul, Washington telah menetapkan tenggat waktu untuk menyelesaikan salah satu misi evakuasi terbesar yang pernah dilakukan Pentagon pada 31 Agustus.

Namun Austin tidak menutup kemungkinan meminta presiden untuk memperpanjang tenggat waktu.

"Kami akan terus menilai situasi. Dan lagi, bekerja keras untuk mengeluarkan sebanyak mungkin orang. Dan mendekati tenggat waktu itu, kami akan membuat rekomendasi kepada presiden," katanya.

Sebanyak 15.000 orang Amerika harus dipindahkan dari Afghanistan. Selain itu, Pemerintah Amerika Serikat juga akan mengeluarkan setidaknya 50.000 sekutunya di Afghanistan dan anggota keluarga mereka.

Baca Juga: Banyak Warga Kabul Meninggalkan Kota, Pemimpin Taliban: Sangat Disayangkan

Pasukan Taliban menduduki istana presiden Afghanistan di Kabul yang telah ditinggalkan Ashraf Ghani, Minggu (15/8/2021). (Sumber: AP PHOTO/ZABI KARIMI)

Rencana evakuasi puluhan ribu orang ini dari Kabul, diakui sangat berbahaya.

Bahkan ada laporan tentang gerilyawan Taliban yang mengintimidasi dan memukuli orang-orang yang berusaha mencapai bandara. Namun sebagian besar para gerilyawan membiarkan pemegang paspor Amerika lewat dengan aman.

Baca Juga: Banyak Warga Kabul Meninggalkan Kota, Pemimpin Taliban: Sangat Disayangkan

Sejauh ini Pemerintah AS telah mengevakuasi 17.000 orang sejak operasi dimulai pada 14 Agustus lalu. Ribuan orang itu diterbangkan terlebih dahulu ke Qatar atau Kuwait.

Terkini, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan kepada CNN, pada hari Minggu militer AS dan mitranya telah menerbangkan 7.900 orang lagi dalam 24 jam terakhir.

"Dalam hal apa yang akan dapat kami capai ke depan... kami tidak dapat menempatkan angka spesifik tentang apa yang dapat kami lakukan, tetapi saya hanya akan memberi tahu Anda bahwa kami akan mencoba untuk melebihi harapan, dan melakukan sebanyak yang kami bisa, dan merawat orang sebanyak yang kami bisa, selama kami bisa," kata Austin kepada ABC.

 

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : France24


TERBARU