Kisah Ashraf Ghani, dari Presiden Afghanistan Menjadi Orang Terbuang yang Bersembunyi
Kompas dunia | 20 Agustus 2021, 06:15 WIBPada 2017, Ghani mengatakan dia memiliki "pekerjaan terburuk di dunia" dalam sebuah wawancara dengan BBC.
Namun, dia mengklaim pasukan keamanan Afghanistan mulai sukses mengatasi Taliban dan pasukan koalisi akan dapat pergi pada tahun 2021.
Itu ternyata akurat, hanya saja tidak seperti yang dia prediksi.
Pemerintahan Presiden Donald Trump memulai pembicaraan langsung dengan Taliban dalam upaya untuk mengakhiri perang terpanjang Amerika, dan menyingkirkan Ghani dari proses tersebut.
Kemudian tahun ini, setelah Presiden Joe Biden menetapkan batas waktu penarikan hingga 31 Agustus, Ghani menolak seruan untuk minggir dan mengizinkan pemerintah transisi untuk mengambil alih kekuasaan saat Taliban membuat kemajuan militer.
"Ghani (hanya) berpura-pura untuk (berpihak pada) perdamaian, tetapi dalam kenyataannya, dia mendukung perang untuk tetap berkuasa bahkan jika itu mengorbankan nyawa sehingga mendorong Taliban untuk kembali ke opsi militer," kata Omar Samad, mantan duta besar Afghanistan di Eropa dan rekan di Dewan Atlantik.
"Taktik penundaan merusak peluang untuk kesepakatan yang hasilnya akan membuat dia tersingkir dari jabatannya, tetapi akan membuka jalan bagi transisi berbasis luas."
Ketika Taliban mulai masuk ke Kabul selama akhir pekan, Ghani mengatakan kepada orang-orang bahwa dia akan menghindari nasib mantan raja Amanullah Khan, yang turun tahta dan melarikan diri ke British India pada tahun 1929.
Baca Juga: Gerak Cepat Urus Afghanistan, Menlu China Telepon Menlu Pakistan dan Menlu Turki, Samakan Frekuensi
"Aku tidak akan lari!" Ghani mengatakan pada sebuah acara di Kabul pada 4 Agustus, dengan meninggikan suaranya. "Saya tidak akan mencari tempat yang aman dan saya akan melayani rakyat."
Namun ketika Taliban menyerbu ke seluruh negeri dan berbaris ke Kabul, Ghani tampak semakin terisolasi.
Dalam video yang dirilis beberapa jam sebelum dia kabur, Ghani meminta Kementerian Pertahanan membuat saluran bantuan telepon agar warga bisa mencari bantuan.
Setelah Ghani kabur, bahkan anggota kabinetnya sangat marah.
"Mereka mengikat tangan kami di belakang punggung kami dan menjual negara," kata Bismillah Mohammadi, penjabat Menteri Pertahanan Afghanistan, di Twitter setelah Ghani melarikan diri.
"Sialan untuk Ghani dan timnya."
Dalam pesan video pada hari Rabu, Ghani mengatakan dia berencana untuk bernegosiasi dengan Taliban untuk melakukan transfer kekuasaan secara damai.
Dia menyerukan pemerintah yang inklusif dan mengatakan dia sedang dalam pembicaraan untuk kembali ke Afghanistan.
Dengan keluarnya Ghani dari negara itu, mantan presiden Karzai dan politisi Afghanistan lainnya sekarang memimpin diskusi dengan Taliban tentang pembentukan pemerintahan baru.
Satu hal yang dengan mudah mereka setujui bersama: Caci maki terhadap Ashraf Ghani.
"Ashraf Ghani telah mengkhianati tanah air, tim, dan sukunya sendiri," kata Abdul Haq Hamad, anggota tim media Taliban, kepada Tolo News Afghanistan.
"Pengkhianatan seperti itu akan selalu diingat."
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV/Bloomberg