> >

Kembali Tampilnya Mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai di Afghanistan yang Tercerai Berai

Kompas dunia | 19 Agustus 2021, 19:23 WIB
Mantan presiden Afghanistan Hamid Karzai. Rabu, (18/08/2021), Karzai menerima kunjungan delegasi Taliban di kediaman pribadinya di Kabul, dipimpin Anas Haqqani, tokoh faksi Taliban terkenal Haqqani Network, yang selalu berusaha membunuh dirinya, serta serangan bom bunuh diri dan serangan brutal di Kabul ketika dia masih menjadi presiden.  (Sumber: France24)

KABUL, KOMPAS.TV - Saat Taliban memasuki Kabul, presiden negara itu, Ashraf Ghani, melarikan diri tanpa sepatah kata pun. Baru beberapa hari kemudian Ashraf Ghani diketahui keberadaannya setelah Uni Emirat Arab mengumumkan mereka menampung Ashraf Ghani atas dasar kemanusiaan.

Di tengah kekosongan sosok pemimpin dari pihak yang berkonflik, mantan presiden Hamid Karzai melangkah dari bayang-bayang dan tampil ke hadapan publik serta Taliban, berpegang pada buku pedoman lamanya tentang pembuatan kesepakatan ala suku tradisional Afghanistan.

Mantan presiden berusia 63 tahun itu pernah menjadi wajah Afghanistan yang baru setelah serangan 11 September 2001.

Saat itu Karzai tampil tanpa diperhitungkan sebelumnya dan mendapat pujian sebagai kekuatan modernisasi dengan ikatan kesukuan kuat, dengan pengharapan dapat membawa perubahan bagi Afghanistan. 

Sebagai penutur bahasa Inggris yang fasih, tetua suku senior dan berasal dari keluarga Pashtun terkemuka, ia tampaknya memiliki pengaruh yang terjamin.

Namun Karzai akhirnya tidak disukai di Washington dan masuk ke belantara politik setelah mantan menteri keuangannya Ashraf Ghani mengambil kendali usai pemilu tahun 2014.

Maju cepat ke Agustus 2021: dengan kelompok garis keras Taliban kembali memegang kendali, dan dengan Ghani di Uni Emirat Arab setelah kabur, Karzai kembali terlihat di muka publik dalam perannya yang akrab. Sosoknya bolak-balik di antara pertemuan, selalu mencari sekutu dan persamaan pandangan dalam apa yang kemungkinan akan menjadi jendela kecil untuk menuntaskan beberapa kesepakatan dengan musuh lamanya, Taliban.

Ketika Taliban memasuki Kabul pada hari Minggu (15/8/2021), Karzai muncul dalam sebuah video yang dibagikan secara luas di media sosial, dengan putri-putrinya yang masih kecil berada di sisinya, meminta mereka untuk membantu menyelamatkan Afghanistan bersama.

"Saya ingin memberi tahu penduduk Kabul bahwa keluarga saya, saya sendiri, putri-putri saya, semuanya ada di sini," katanya.

"Saya berharap masalah negara diselesaikan melalui musyawarah dan negosiasi," kata Karzai dengan nada pragmatis seperti dia dikenal pada tahun-tahun dia berkuasa.

"Saya juga meminta semua pasukan keamanan dan pasukan Taliban, di mana pun mereka berada, untuk melindungi kehidupan dan hak milik rakyat serta fokus pada keamanan rakyat."

Baca Juga: Taliban Temui Mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai di Kabul

Mantan presiden Afghanistan Hamid Karzai dikunjungi petinggi Taliban Anas Haqqani, salah seorang komandan Haqqani Network di Kabul, 18 Agustus 2021 (Sumber: Twitter/Straits Times)

Kemudian pada hari Rabu (18/08/2021), Karzai menerima kunjungan delegasi Taliban di kediaman pribadinya di Kabul. Delegasi itu dipimpin Anas Haqqani, tokoh faksi Taliban terkenal Haqqani Network, yang menjadi dalang banyak serangan bom bunuh diri dan serangan brutal di Kabul ketika dia masih menjadi presiden.

Melihat Hamid Karzai menerima kunjungan tokoh yang selama ini selalu berusaha membunuhnya, semua kemudian terlihat seperti menjadi lingkaran penuh.

Pada bulan Desember 2001, setelah penggulingan Taliban, Karzai ditunjuk sebagai ketua pemerintahan transisi pada pembicaraan yang disponsori PBB di Bonn, Jerman yang berjanji untuk bekerja menuju demokrasi.

Sebuah majelis tradisional Afghanistan bernama Loya Jirga kemudian mengukuhkannya sebagai presiden pemerintah transisi yang membuka jalan bagi kepemimpinannya di republik yang baru dibentuk itu.

Banyak juga kritik terhadap Karzai, tapi redup oleh pujian yang menghujani Karzai, dan bahkan membuatnya mendapatkan nominasi untuk Hadiah Nobel.

Klaim kecurangan pemilu menodai pemilihan presiden kedua Afghanistan, dimana Karzai menyatakan menang setelah penantang Abdullah Abdullah meninggalkan putaran kedua pemungutan suara.

Baca Juga: Taliban Berjanji akan Bentuk Pemerintahan Islam yang Inklusif di Afghanistan

Mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai dalam rekaman video yang beredar. Karzai menyatakan dirinya tetap tinggal di Kabul dalam upaya negosiasi dengan Taliban, Minggu (15/8/2021). (Sumber: Facebook Hamid Karzai via AP)

Terpilihnya Barack Obama dan lengsernya mantan pelindungnya George W. Bush seperti menyiapkan laga pertumpahan darah berikutnya, ketika Amerika Serikat (AS) mengerahkan lebih dari 100.000 tentara tambahan ke Afghanistan untuk mengalahkan ancaman Taliban yang saat itu makin meningkat.

Selama bertahun-tahun, Karzai memperingatkan, tindakan ofensif militer kontra-pemberontakan AS dan pemerintah Afghanistan terhadap Taliban di Afghanistan Selatan hanya menghidupkan kembali kelompok itu. Karzai memohon kepada Washington untuk memfokuskan upaya mereka untuk memaksa Pakistan menumpas kepemimpinan milisi di pengasingan.

Bahkan ketika Taliban melancarkan berbagai serangan bom terhadap Kabul, Karzai bersikeras bahwa Taliban harus masuk dalam seluruh bingkai pembicaraan, bahkan menuai kritik keras ketika dia menyebut para militan sebagai "saudara".

Tetapi permintaannya sebagian besar diabaikan.

Dia akhirnya kehilangan dukungan dari Barat, dengan pejabat Amerika dan media secara rutin menempelkan label korupsi terhadap pemerintahannya, bahkan ketika AS membanjiri Afghanistan dengan miliaran dolar ke dalam ekonomi agraris yang miskin, kondisi yang membuat korupsi menjadi tak terelakkan.

Setelah menyelesaikan masa jabatan keduanya, Karzai meredup setelah Ashraf Ghani tampi sebagai presiden baru.

"Jika kita ingin melihat solusi politik, Hamid Karzai harus memainkan peran kunci di dalamnya," ujar Ibrahim Bahiss, konsultan International Crisis Group.

"Dia sosok pemersatu dalam banyak hal," tambahnya, menyoroti reputasi Karzai untuk menyatukan "faksi yang berbeda" selama kepresidenannya.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari

Sumber : France24


TERBARU