China Incar Peluang Ekonomi di Afghanistan, Diantaranya Incar Lithium, Emas dan Tembaga
Kompas dunia | 18 Agustus 2021, 19:32 WIBDi China, media pemerintah mulai menggencarkan narasi untuk mendorong skema ekonomi di bawah rezim baru Afghanistan. Mulai proyek Tambang Tembaga Aynak, yang merupakan deposit tembaga terbesar Afghanistan dan terbesar kedua di dunia, hingga ladang minyak utara Faryab dan Sar-i-pul.
Perusahaan-perusahaan yang didukung Beijing sudah menggelontorkan ratusan juta dolar untuk mengamankan hak menambang. Tetapi, ketidakamanan yang ekstrem membuat sebagian besar rencana itu mandek.
Sementara itu, deposit lithium Afghanistan yang melimpah membuat produsen kendaraan listrik dunia yang menggunakan lithium meneteskan air liur mereka.
Afghanistan selama ini mendapat julukan 'Arab Saudi-nya lithium', namun belum disentuh karena kondisi keamanan ekstrim.
Dan China adalah pembuat kendaraan listrik terbesar di dunia.
Baca Juga: Masa Depan Ekonomi Afghanistan di Bawah Taliban, Prediksi Investasi China hingga Negara Narkoba
Taliban baru saja menemukan keunggulan finansial dan geopolitik yang luar biasa besar dalam hubungan dengan kekuatan terbesar dunia ketika kelompok militan itu menguasai Afghanistan untuk kedua kalinya.
Pada tahun 2010, sebuah laporan oleh para ahli militer dan ahli geologi AS memperkirakan Afghanistan, salah satu negara termiskin di dunia, memiliki kekayaan mineral hampir 1 triliun dolar AS. Kekayaan ini berkat deposit besi, tembaga, lithium, kobalt, dan rare-earth yang sangat besar.
Pada dekade berikutnya, sebagian besar sumber daya tersebut tetap tak tersentuh karena kekerasan yang sedang berlangsung di negara itu.
Sementara itu, nilai dari banyak mineral tersebut telah meroket, dipicu oleh transisi global ke energi hijau.
Sebuah laporan tindak lanjut oleh pemerintah Afghanistan pada tahun 2017 memperkirakan, kekayaan mineral Afghanistan mungkin mencapai 3 triliun dollar, termasuk bahan bakar fosil.
Lithium, yang digunakan dalam baterai untuk mobil listrik, ponsel pintar dan laptop, punya permintaan luar biasa tinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pertumbuhan tahunan akan permintaan lithium mencapai 20 persen, jauh melesat dari beberapa tahun lalu yang hanya sekitar 5 - 6 persen.
Sebuah Memo Pentagon yang menyebut Afghanistan sebagai 'Arab Saudi-nya lithium' memproyeksikan, deposit lithium negara itu bisa menyamai Bolivia — salah satu yang terbesar di dunia.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Vyara-Lestari
Sumber : France24/Deutsche Welle